Monday, October 30, 2006

Solusi Itu Bernama : "Pembenahan Diri"

Friday, October 13th, 2006

Kita semua sangat merindukan perubahan, tentunya perubahan menjadi lebih baik. Tapi, seringkali kita mengalami perubahan yang sebaliknya, perubahan menjadi lebih buruk. Ironis memang. Tapi, begitulah kenyataannya. Ya, walaupun diri ini selalu berharap menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, tapi tetap saja masih jauh dari kualitas. Berbicara tentang keinginan, sepertinya mudah sekali. Berbicara tentang azam dan tekad, sepertinya semudah kita mengepalkan tangan, mengangkatnya ke atas dan berkata, "Allahuakbar !", tapi sesudahnya, lupa kembali, malas kembali. Keinginan, tekad, dan kesungguhan yang kuat adalah milik orang-orang hebat. Tapi, sungguh, amatlah tidak mudah untuk memilikinya.

Aku merasa diri ini seperti keledai. Ya, keledai. Terjatuh, bangun, tapi terjatuh dan terjatuh lagi di lubang yang sama. Terjaga, lupa, terjaga kembali. Tertawa, menangis, tertawa kembali. Sampai kapan ? Aku lelah menjalani hidup yang buram seperti ini. Tapi, jika kalimat melankolis ini diteruskan, mungkin paragraph ini akan berujung dengan kalimat pesimis. Tidak.

Berbicara tentang ide, di otak kita sebenarnya sudah banyak ide bersarang. Otak kita adalah komputer paling canggih di dunia ini. Ia bisa bebas menciptakan apa saja. Ia dengan mudah mengemukakan solusi-solusi yang jitu. Tapi, tidak semudah itu bagi diri ini mengaplikasikannya. Berbicara itu mudah, tapi melakukannya amatlah sulit. Beberapa waktu lalu tanpa sengaja pandanganku tertuju pada salah satu majalah Tarbawi yang bertajuk "Aneh, Ada Orang Konsisten Dengan Kebatilan". Subhanallah, aku merasa dikritik oleh tulisan itu. Malas, adalah kebatilan yang sering kulakukan pada diri ini, yang mungkin sepertinya kecil. Tapi, tidak ada yang kecil bila dilakukan terus-menerus.

Aku tersadar, diri ini sungguh banyak salah dan khilafnya. Sungguh, diri ini masih belum layak disebut sebagai seorang 'kader dakwah', belumlah layak. Menyesal, tentu. Tapi, apalah gunanya penyesalan jika tidak diiringi dengan pembenahan diri. Sepertinya pembenahan diri adalah kata yang cukup tepat untuk memulai perubahan itu. Yap, perbaikan, pembenahan, koreksi, reparasi, atau apapun namanya, tentunya harus ada yang dibuang, dikikis, dan ada pula yang mesti ditambah, ada yang harus diganti. Reparasi televisi misalnya, supaya TV itu bisa kembali normal, sang teknisi harus mengetahui terlebih dahulu, dimana kerusakan terjadi, kemudian memperbaikinya. Mungkin ada bagian tertentu yang harus diperbaiki, mungkin ada kabel putus yang harus disambung kembali, dan mungkin ada bagian khusus yang mesti diganti sehingga harus membelinya dengan harga yang cukup mahal. Setelah semuanya selesai, sang teknisi pun masih harus mengujicobanya apakah sudah bekerja dengan normal atau belum. Jika belum, mungkin ada kelalaian lain. Mungkin, di dalam proses reparasi, ada kabel yang salah tersambung, mungkin tegangan listriknya kurang, dan lain sebagainya.

Rumit memang. Dan pembenahan diri ini bahkan lebih rumit dari sekedar gambaran reparasi televisi. Tapi, kita tak punya pilihan selain berjuang dan berproses. Tentunya kita malu berkata, "Ah, aku tidak mampu. Aku hanya orang biasa. Aku tak bisa diandalkan", dan masih banyak kalimat pesimis lainnya jika mau dilanjutkan. Membenahi diri yang begitu rumit kerusakannya, pastilah sulit. Tapi, kita hanya punya dua pilihan, 'mundur dan kalah', atau 'maju dan memperoleh pencerahan'. Sekali lagi, semuanya tak semudah berkata-kata. Butuh keinginan, azam, dan tekad yang kuat nan membaja.

Saat ini, setidaknya aku sudah punya keinginan. Tak mau lagi diri ini menjadi manusia bermental keledai. Sungguh, dunia tak membutuhkan orang yang bermental seperti itu. Semoga hari-hari terakhir Ramadhan yang tinggal sedikit ini, menjadi saksi perubahan diri, walau hari-hari kemarin banyak waktu terbuang sia-sia. Semoga Ramadhan kali ini memang benar-benar merupakan momentum perbaikan diri, menyiapkan bekal mengarungi hari-hari di sebelas bulan berikutnya. Amin.

Wallahu'alam bishawab.

NB : Mari kita bersama-sama berjuang melawan diri sendiri. Karena terkadang diri ini bukanlah diri yang sebenarnya.



No comments: