Wednesday, June 16, 2010

Analogi Kreasi

Saat kau menciptakan sesuatu, idemu bernyanyi, kreativitasmu menari, inovasimu memainkan melodi. Namun kemudian otakmu membelahnya, mencercanya, lalu bahkan mungkin menghancurkannya hanya demi sebuah tujuan bernama kesempurnaan. 

Seorang pelukis, mungkin saja akan menghapus seluruh lukisan yang telah begitu susah payah dibuatnya, lalu mengubah semuanya menjadi warna hitam, gelap. Sesaat kemudian, ia lalu mengukir kembali tanpa ragu, tanpa menyesali kekeliruan karya sebelumnya yang ia pikir tak sempurna. Namun, berminggu kemudian lukisan yang kelam dan gelap itu berubah menjadi sebuah karya indah penuh warna, megah.

Seorang pembuat mainan, tentu akan senang bila karyanya membuat orang lain puas dalam senyum dan tawa. Karena itu, ia tak lepas dari cara-cara briliannya untuk memenuhi setiap ekspektasi. Ia membuat desain, menciptakan sesuatu, lalu menghidupkannya. Namun, seringkali terlihat ia meratapi hasil ciptaannya. Tak puas. Belum sempurna. Serta-merta ia mengubah mainan itu. Ia merusak konsepnya, memotongnya, melepaskan aksesorisnya satu-persatu, bahkan menghancurkannya sama sekali, hanya untuk membuat satu perubahan; menjadi lebih baik, lebih sempurna.

Seorang ilmuwan, bisa saja sewaktu-waktu membanting keras mesin hasil percobaannya. Kesal, marah, semuanya tertumpah. Namun di hati kecilnya, tentu ia sadar sepenuhnya bahwa yang ia lakukan hanyalah disebabkan karena semua itu belum sempurna, belum menjadi seperti yang benar-benar ia inginkan. Di tengah kondisi psikis yang labil itu, ia tak kehilangan akal sehat. Seburuk dan sehancur apapun percobaannya yang gagal, ia akan ikhlas untuk memulai lagi, dengan konsep yang lebih baik, dengan teknik yang lebih sempurna. 

Begitu juga Tuhan, yang telah menciptakan kita dengan wujud yang sebaik-baiknya. Namun, secara bertahap kita akan merasa bahwa Ia mulai melukai, menyiksa, bahkan menghancurkan kita. Kita tak tahu, kita tak paham maksud dari semua itu. Kita sedih, kita tak nyaman, kita protes, bahkan mungkin kita akan menjadi apatis pada Yang menciptakan kita. 'Untuk apa saya diciptakan bila hanya untuk mengalami kepedihan dan siksaan?' Mungkin pertanyaan semacam itulah yang akan muncul di kegelapan benak kita.

Mungkin... pelukis punya jawabnya, pembuat mainan punya jawabnya, ilmuwan punya jawabnya, 'Itu semua agar dirimu menjadi lebih baik, lebih sempurna seperti yang kuharapkan. Biarlah kau kuhancurkan, biarlah dirimu terlihat seperti sampah, namun pada saatnya nanti... kau akan kubuat menjadi indah'.

Akan tiba suatu masa ketika kita teriris, hancur, dan tersiksa. Namun, ingatlah saja satu hal. Bahwa mungkin Ia Yang di atas sana sedang merancang indah dirimu, lebih dari yang sekadar pelukis, pembuat mainan, dan ilmuwan lakukan.

***

June 16th, 2010, 00.41 am.
*inspired by a flash thought in the middle storm of my mind*
Gambar diambil dari sini

Tuesday, June 15, 2010

Teropong

 
Ia jauh
Tapi mampu kau dekatkan

Ia tersembunyi
Tapi sanggup kau intip

Ia terhalang batas indera
Namun bisa kau terka

Ah, andai aku punya teropong...
 
Gambar diambil dari sini

Monday, June 14, 2010

Harap yang Sederhana

Tuhan...
Bolehkah aku memohon satu hal kecil padaMu?

Biarkanlah aku tetap berjalan dalam harapku
Harapku yang memang hanya sederhana

Sekeras apapun ombak itu menghantam karangku
Sedingin apapun salju itu menggigit kulitku
Takkan berguna karena ia t'lah membaja
Takkan berhasil karena ia t'lah membeku



Waktu memang akan membunuhku
Kejam, diam-diam

Senyum,
Anggap saja itu tak ada
Jika kau lihat ini raga
Jiwa itu telah sakit, lama

Tuhan...
Bila nanti tiba pada suatu masa
Masa dimana diriku t'lah tiada
Ukirkanlah padanya, senyum indah merona

Sumber gambar diambil dari sini.

Wednesday, June 02, 2010

Amprokan Blogger 2010 Bag 5 : The Fabulous Five! (Tamat)

The Fabulous Five!
(dari kiri : Pradna, Cici Silent, Quinie a.k.a Ratu, iLLa, Dhodie)

Sebelum menjabarkan kisah persahabatan ini, ada baiknya saya nyanyi dulu :D

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah, berubah jadi indah...
Persahabatan bagai kepompong

Maklumi teman, hadapi perbedaan...

Di dunia maya(t) inilah kisah ini berawal. Semua terjadi begitu saja. Kami berlima berteman, berbagi cerita, suka-duka, tangis, canda, tawa... Alhamdulillah kami berlima akhirnya bisa kopdar di acara Amprokan Blogger Bekasi. Mengenang kisah persahabatan ini, membuat saya sesekali tersenyum geli. Terkenang kembali, bagaimana sejarah saya berkenalan dengan sahabat-sahabat unik ini. :D So, Mari kita ulas satu persatu.

Ehm, untuk mempersempit kemungkinan perdebatan yang diakibatkan oleh prioritas urutan (deuh, kalimatnya :D), maka dari itu... saya akan memulainya berdasarkan urutan abjad saja. ;)

Dhodie a.k.a Dodi Mulyana

Saya mulai mengenal beliau ini dari Plurk di masa-masa awal eksistensinya sebagai jejaring sosial di dunia maya kira-kira menjelang akhir tahun 2008. Ada insiden di Plurk waktu itu yang membuat Bapak Ketua deBlogger ini jadi naik setingkat darahnya. :D Tret saya tentang rokok yang songong dan kaku itu sontak saja jadi perhatian para plurkers, termasuklah Bapak yang satu ini. :D Tapi, walaupun ada insiden yang sempat membuat hati tidak enak itu, kami tetap berteman... dan masih saling menyapa via plurk. :D

Kira-kira pertengahan Oktober 2009, saat saya memutuskan untuk hijrah dari Jogja ke Depok, sahabat yang satu ini, berbaik hati membantu saya. Walaupun itu hanya sekadar informasi jadwal kereta, tapi sangat membantu saya. Karena pada saat itu saya benar-benar sendiri dan tak tau harus minta bantuan siapa, walau pada akhirnya saya tidak jadi ke Depok karena skenarioNya. Saat harus menggelandang ke Jakarta pun, saya sempat ditawari lowongan pekerjaan, walau pada akhirnya juga belum rejeki. :D Selama masa-masa sulit itu, sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap bekerja di tempat yang sekarang... sobat satu ini sangat membantu, karena tidak ada hal yang paling berharga selain support, semangat, dan do'a dari seorang sahabat.

Belakangan saya tahu, ternyata saya memiliki banyak kesamaan dengan sosok melankolis tapi ga mau ngaku ini. Penggila hijau, suka fotografi, pengapresiasi puisi (kalo saya mah entah kenapa makin kerasukan suka bikin puisi), dan "keras kepala" dalam idealisme.

Bagi saya, bersahabat dengannya adalah sebuah potongan mozaik hidup. Betapa tidak, saya hanyalah orang udik... yang sama sekali tak pernah membayangkan bisa bersahabat baik dengan makhluk keren semacam ini. (terpaksa harus saya akui, haha) Ya... secara sebelumnya, saya adalah wong ndeso, yang miskin ilmu dan gagap geografi... lalu harus berkelana dan mengunjungi begitu banyak tempat dalam waktu yang relatif singkat.

Dhodie, saya mengenalnya sebagai seorang yang tidak banyak bicara, tapi kebaikan hatinya telah menceritakan banyak hal. Ia sering tak terlihat, tapi selalu muncul di saat yang tepat. Bagi saya, ia memiliki banyak stok kebaikan terpendam di dalam hatinya.

Dhodie : "Silent Kindness"


iLLa a.k.a Nurfadhilah Nurdin 
Saya benar-benar tak menyangka bisa bersahabat dengan gadis Makassar satu ini. Lagi-lagi berawal dari blog dan Plurk, waktu itu iLLa begitu penasaran dengan cerita perantauan saya. Memang skenario Allah yang mempertemukan kami, saat itu liburan Idul Adha, kebetulan iLLa sedang mengunjungi Kakaknya yang di Jakarta, lalu kita kopdar. 

Kesan pertama kali saya bertemu iLLa bisa dilihat di disini dan laporan kopdar versi iLLa bisa dilihat disana. Yang pasti... sobat yang satu ini selalu memberikan keceriaan tersendiri. Entah itu lewat kata-kata atau sikapnya. Awalnya saya merasa kurang nyaman, karena eh karena (merusakkan pikiran... *eh salah, itu lagu Rhoma yak* :p) Terutama karena si ibu ini suka menuliskan kata-kata tidak sebagaimana mestinya. (haha) Bisa dicek sendiri saat bertandang ke rumahnya atau lebih terasa lagi kalo sering chat. Saya selalu tergelak dan tertawa karena kata-kata yang tidak sebagaimana mestinya itu. Misalnya, 'ajegile', 'ngubrul', 'wedeww', 'gitcyuu', 'ebuseng', 'bubu', 'hyaelahh', 'huweehh', `beut` dan sebagainya. :D Saya yang waktu itu gatek dalam hal bahasa gaul begini, menjadi sering nyengir karenanya. But, lama-kelamaan... saya jadi ketularan juga style "Makassar"nya iLLa, xixixi. :p

iLLa adalah seorang sahabat yang peduli dan perhatian. Di balik kata-kata kocak dan ngebanyol-nya itu, ada hati yang begitu lembut... yang tulus ikhlas berbagi kasih dengan semua sahabat terdekatnya. Anak rantau Surabaya ini juga teliti ternyata, ya... walaupun saking telitinya sampai typo-typo orang di tret, comment, or postingan tak luput dari omelannya. :D Nah, Okkots-er Handal ini juga berbakat jadi wartawan. Jadi, hati-hati jika berbicara dengannya... bisa-bisa semua rahasia Anda terbongkar... hahaha. (rofl) Beruntung saya dianugerahi bakat detektif, jadi saya sudah bisa mendeteksi pertanyaan-pertanyaannya yang menjurus ke sana, lalu memasang blokade. (haha) Yang membuat saya suka kesal sendiri adalah, ternyata saya juga seringkali tak berhasil memancing iLLa bercerita. *ougggh*

Walau saya belum begitu lama mengenal seorang iLLa, tapi ia telah menjadi sahabat yang mewarnai bilik-bilik hati. Entah kenapa, seolah saya telah mengenalnya sejak lama. ^_^ iLLa, memiliki stok perhatian dan kepedulian terpendam di dalam hatinya.

iLLa : "Silent Attention"



 Pradna a.k.a. Pradna Paramita

Saya mengenal sahabat yang satu ini juga lewat Plurk dan Linux. Waktu itu saya begitu tak percaya, 'Masa sih Linux ini gratisan?' mengingat si Jendela sangat komersil. Atas usaha gigihnya dalam berpromosi, akhirnya saya kepincut juga. Dan ternyata memang Linux sangat istimewa dengan segala pernak-perniknya. 

Berkat seorang Pradna pula, saya jadi bisa mengubah pandangan saya terhadap komik. Bahwa ternyata ada banyak hal-hal yang positif di dalamnya bila diulas dari sudut yang berbeda. Bahwa betapa pentingnya memandang segala sesuatu dari berbagai sisi.

Tertawa, adalah satu hal yang pasti akan anda alami jika berinteraksi dengannya. Pradna, saya mengenalnya sebagai seorang yang memiliki sense of humor yang unik, namun di balik itu ada kekuatan yang tersimpan rapi di dalam dirinya. 

Pradna : "Silent Strength"





Quinie a.k.a. Ratu

Saya sudah cukup lama mengenal Mbak Quinie ini. Sejak zaman baheula awal-awal ngeblog kira-kira tahun 2006-2007 silam. Waktu itu para blogger masih musim timpuk-timpukan PR. :D 

Saat merantau dan menggelandang ke Jakarta, saya sama sekali tak menyangka akan bertemu beliau. What a small world. Ternyata keramahan dan keceriaan khas Mbak Ratu bukan hanya di dunia maya(t), tapi juga di dunia nyata. Entah kenapa, setiap saya berinteraksi dengannya, saya seolah-olah tercelup ke dalam sebuah warna-warni pelangi; rame, cerah, seru! 

Ratu, saya mengenalnya sebagai seorang yang periang. Berada di dekatnya membuat hati selalu ceria seolah tak pernah sedih sedikitpun. 

Ratu : "Silent Happiness"


Pfuih.... akhirnya postingan yang telah nyaris menjadi fosil ini tuntas sudah. Maafkan jika terendap lamaaaaaaa sekali. (worship)