Wednesday, November 23, 2016

Memaknai #USIACANTIK Ala Yuli Sundari

Ada berbagai kisah perempuan-perempuan cantik dan inspiratif dari seluruh dunia. Kisah itu membuat kita terinspirasi, atau bahkan menjadikan kita termotivasi untuk berubah. Kisah itu pula kerap kita jadikan pembelajaran sehingga kita mampu menyelami sebuah perjalanan hidup yang semakin bermakna.

Kali ini saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang salah seorang perempuan yang cukup menginspirasi saya. Tidak perlu nun jauh di negeri sana, namun orang-orang di sekitar kita juga layak menjadi sosok inspiratif itu.

Namanya Yuli Sundari. Ia adalah seorang pengusaha di bidang kecantikan. Usaha ini ia bangun sejak 11 tahun yang lalu. Dulu, Ibu Yuli adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan asuransi di Jakarta. Ia meniti karir dari bawah, yakni menjadi seorang resepsionis. Semangat belajarnya yang tak kenal henti, juga kemauannya yang tinggi untuk berkembang dalam pekerjaan lama-kelamaan membuatnya "naik kelas" menjadi seorang Sekretaris.

Yuli Sundari
Yuli Sundari

Di tengah karir yang memuncak, ia justru kembali merenungi hidup. Ia berpikir apakah ada jalan untuknya bekerja dari rumah, sambil mengurus anak-anak, sambil mengurus rumah, semuanya bisa berjalan beriringan tanpa harus ada yang dikorbankan. Lalu pada suatu titik, ia pun mengambil keputusan itu. Setelah melahirkan anak kedua, ia resign dan banting stir untuk memulai usaha.

Perempuan yang sempat bercita-cita jadi Pramugari ini bercerita, ia merintis usahanya dari hobi. Ia memang suka merawat diri dan menyukai berbagai hal yang berhubungan dengan kecantikan. Awalnya ia hanya ikut seorang teman yang melakukan "facial" dari rumah ke rumah. Yang pada saat itu, treatment "facial" ini belum menjadi trend seperti sekarang sehingga jalan yang ia lalui tidaklah mudah. Ia pun sempat di-underestimate oleh orang-orang di sekitarnya.

Namun, sebuah usaha yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dirawat dan dibesarkan secara bertahap, jatuh bangun, jatuh lagi dan bangun lagi, pada akhirnya membuahkan hasil yang sepadan. Alhamdulillah tempat usaha yang tadinya berada di gang sempit, kini berubah menjadi sebuah bangunan yang cukup luas sehingga mampu memfasilitasi ratusan pelanggannya. Promosi yang tadinya hanya berbekal brosur, kini telah merambah ke dunia jagat online. Dan usahanya kini telah sukses memiliki cabang di Jabodetabek.

Ibu Yuli & aktivitas usahanya

Ibu Yuli adalah juga seorang single fighter bagi ketiga anak-anaknya. Setiap hari ia bekerja dari rumah sehingga perannya sebagai seorang ibu tetap bisa beriringan dengan bisnis yang dijalaninya. Ia merasa hidupnya sempurna dengan melihat anak-anaknya bertumbuh dan berkembang sesuai yang ia harapkan. Alhamdulillah, hasil didikan dari tangan sendiri, menjadikan anak-anaknya berprestasi.

(Via, Vara, & Vio)

Saat saya temui di rumahnya di area Condet, Jakarta Timur, ia bercerita pada saya bahwa apa yang telah ia lakukan dan ia capai hingga saat ini mampu membentuk sebuah kedewasaan, semangat yang tak kenal lelah, sehingga kini ia menjadi wanita yang lebih sempurna. Walaupun usianya saat ini telah menginjak 42 tahun, ia merasa di usia saat inilah kehidupannya semakin cantik dan indah. 

Saya sempat bertanya padanya soal makna #usiacantik. Baginya, #usiacantik adalah usia dimana kecantikan luar dan dalam seimbang. Kecantikan kita tidak akan terpancar maksimal, jika tidak diikuti dengan inner beauty, yang terbentuk dari pola pikir, tingkah laku, serta pengendalian diri yang baik. 
"#UsiaCantik adalah usia dimana kecantikan luar dan dalam seimbang."
Video Profile #UsiaCantik Yuli Sundari


Namun, Ibu Yuli juga menyadari di usia cantik yakni 35-45 tahun, tanda-tanda penuaan dini mulai muncul. Kerutan di wajah pun mulai tampak. 

Nah, ternyata ada salah satu jenis tanaman Indonesia yang terkenal bisa menyembuhkan luka secara efektif, namanya Centella Asiatica. Tanaman inilah yang digunakan oleh L'Oreal sebagai bahan pembuat rangkaian produk Revitalift Dermalift, sehingga mampu bekerja di lapisan terdalam di delapan titik kulit wajah. L'Oreal Paris Revitalift Dermalift ini mampu menjadikan kulit tampak muda dan kencang sehingga kulit wajah kita menjadi lebih baik di usia cantik.

Source : http://beautifulwomanandhealthy.blogspot.com


L'Oreal Paris Revitalift Dermalift



Walaupun saya belum sampai di usia cantik (35-45 tahun), saya jadi tersentil untuk merawat kulit wajah saya yang mulai berubah. Bagaimana pun, merawat diri adalah juga salah satu bentuk rasa syukur kita pada Tuhan yang telah menitipkan bentuk wajah yang sempurna kepada setiap wanita.

Di akhir tulisan ini, saya ingin mempersembahkan animasi sederhana yang mudah-mudahan dapat menyempurnakan isi tulisan saya kali ini. Salam usia cantik! ;)

 

“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network 
dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

Tuesday, November 22, 2016

A Little Story of Having A Child

Sudah begitu lama saya ingin bercerita tentang ini. Tapi, kesibukan dan aktivitas yang tiada henti setiap harinya membuat saya seolah tak berdaya. #lebay :D

Beberapa waktu lalu saya membaca salah satu postingan di blog seorang teman. Dari situlah saya termotivasi untuk ikut berbagi pikiran, perasaan, dan pengalaman tentang hal serupa.

Well, soal yang satu ini memang rada sensitif, atau mungkin bisa jadi bagi beberapa orang justru menjadi hal yang sangat sensitif. Saya pernah mengalaminya. Sebuah perasaan yang sepi, yang seolah seisi dunia ini mengutuk, kenapa saya tak kunjung diberi amanah itu. Yup, ini adalah tentang menyelami perasaan wanita, juga tentang persepsi kita terhadap "Having A Child".

Pemahaman kebanyakan orang pada umumnya, setelah menikah sang istri langsung bisa hamil beberapa bulan kemudian. Normalnya begitu dalam pandangan masyarakat kita. Padahal, sebuah penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan untuk bisa hamil di tahun pertama menikah adalah dibawah 90%.

Kembali ke cerita saya sendiri. Di tahun pertama, terutama karena setelah lewat 3 bulan lebih menikah saya belum hamil juga, terus terang saya agak menutup diri. Malu dan bingung jika ditanya, "Udah isi belum?" Pasti yang pernah mendapat pertanyaan ini, tahu betul rasanya gimana. Ugh, kayak mau ngilang aja dari muka bumi.

Lewat setahun menikah, saya berpikir, mungkin Allah belum memberi amanah seorang anak pada kami karena memang kami belum layak untuk menjadi orangtua. Mungkin kami belum memperdalam ilmu tentang cara mendidik anak. Mungkin kami belum siap secara finansial. Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Semua kemungkinan itu bermuara pada satu hal, yakni "Allah belum berkehendak".

Lalu kami sampai pada satu titik, dimana kami telah memasrahkan segalanya pada Yang Maha Kuasa, tidak lagi memikirkan program setiap bulannya, tidak lagi mempedulikan masa subur atau tidak subur, tidak lagi mempedulikan perkataan atau pertanyaan orang lain, tidak lagi menjadikan hal ini sebagai beban, dan seterusnya. Let it flow aja. Alhamdulillah rasanya hidup ini lebih ringan.

Dalam do'a, saya bertafakur pada Allah, "Ya Allah, mungkin hamba belum layak diberi amanah karena memang kami belum pantas dititipi amanah itu. Ya Allah...bantu kami memantaskan diri untuk menjadi orangtua".

Beberapa bulan kemudian, alhamdulillah saya tidak lagi merasa stress dan saya bisa kembali pada aktivitas dan hobi saya dulu. And then, voila! Bulan depannya, atas izin Allah, saya hamil.

Setelah memiliki anak (alhamdulillah sekarang diamanahi dua putri), saya semakin paham kenapa saya tidak langsung cepat-cepat dikasih hamil sama Allah. Bahwa ada hal-hal yang baru kita ketahui dan kita pahami setelah cobaan dan ujian itu telah terlewati. Hikmahnya, saya bisa "pacaran" dulu sama suami. Well, setelah punya anak pasti sulit menemukan moment hangout berdua lagi. :D

Saya punya beberapa pesan buat yang belum dikasih amanah ini sama Allah; Pertama, sabar, Mungkin Allah mau menguji seberapa kuat kita bersabar, untuk membuktikan keimanan kita padaNya. Kedua, tetap ikhtiar. Jaga pikiran, jaga makan, jaga kondisi hati. Karena kondisi hati sangat mempengaruhi kerja semua organ tubuh kita. Ketiga, memantaskan diri. Bekali diri dengan ilmu-ilmu parenting, seputar pengasuhan anak. Analoginya begini, ketika kita ingin menitipkan sesuatu pada seseorang, tentu kita lihat dulu siapa yang kita titipi itu bukan? Dia amanah atau tidak, sejauh apa pemahamannya tentang apa yang kita titipkan, dan seterusnya. Keempat, meminta do'a orangtua dan orang-orang shalih. Kelima, tawakkal. Memasrahkan segala sesuatunya pada Allah. Kelak pada suatu titik, Allah akan wujudkan do'a kita. InsyaAllah...

Source : http://dfsinrichmondsouth.ca/life-events/