Saturday, October 24, 2009

Jakarta, Maafkan Aku

Jakarta,
Aku tahu...
Dirimu telah penuh sesak
Ribuan orang telah datang berduyun-duyun padamu
Demi mencari prestasi
Demi mencari gengsi
Demi mencari sesuap nasi



Jakarta,
Aku tahu...
Begitu besar tantangan untuk menghadapimu
Temanku bilang, engkau lebih kejam dari ibu tiri
Aku juga tahu...
Sungguh tidak mudah untuk menaklukkanmu
Butuh kerja keras dan semangat tinggi
Serta pantang menyerah!



Jakarta,
Maafkan aku telah datang padamu...
Bukan ku bermaksud menambah sesak pendudukmu
Bukan pula karena ku ingin mencari sensasi

Aku hanya ingin mencari...
Mencari potongan-potongan mozaik hidupku
Menemukan kembali senandung jiwaku
Yang mungkin telah miskin arti
Mencari...
Hakikat diri...

***


NB : Akhirnya... alhamdulillah saya mengakhiri masa *hiatus* :) Di postingan selanjutnya, insya Allah akan saya kisahkan petualangan saya, mulai dari beratnya meninggalkan kota Pagar Alam tercinta, berpetualang di Yogyakarta, dan akhirnya Allah menghantarkanku ke ibukota. Buat teman-teman yang senantiasa men-support dan mendoakanku, Amhey (Plurker), Yohang, Alifahmi, Pradna, Mbak Mei , Indahonly, Au', dan Dhodie... jazakumullah khairan katsir... Hanya Allah Yang dapat membalas kebaikan kalian.

Tuesday, October 13, 2009

Hiatus

Sehubungan dengan hal-hal penting bin urgen yang sedang saya urus,
butuh fokus dan konsentrasi tinggi, maka untuk sementara ini,
saya beristirahat sejenak...
Doakan saya temans, semoga saya cepat kembali...




Friday, October 09, 2009

Hijrah...

:) Cukup lama off dari dunia blogging, lama tak memberi kabar, setelah satu fase cobaan hidup saya lalui... akhirnya.... *pfuiiih* lega sekali rasanya saat ini jemari saya moodnya sudah kembali untuk menuliskan beberapa paragraf di sini, setelah sekian lama ia tak asyik menari di atas keyboard. *tepatnya sih mood menulis yang saya paksakan harus kembali* :p

Mungkin ada di antara kalian yang telah mengetahui, bahwa sekarang saya telah hijrah ke Jogja, sebuah kota kecil apik nan manis. *setidaknya itu kesan pertama saya* Dan mungkin banyak pula yang bertanya-tanya, 'Kenapa sih Cici pindah ke Jogja? Mendadak pula!' :D

Ya... saya hanya bisa menjawab, 'Inilah skenario Allah...' Tak ada yang tak mungkin jika Allah menghendaki. Sungguh, tak ada yang dapat mencegah kuasa Allah.

Tapi yang pasti, dengan cobaan yang saya hadapi, saya merasa hidup ini lebih hidup. Saya benar-benar merasakan saripati hidup... Bagaimana mengorbankan sesuatu yang paling kita cintai, bagaimana meninggalkan sesuatu yang sangaaat kita sayangi. Dan bagaimana pula untuk tegas menentukan pilihan, serta tetap teguh dengan pilihan tersebut, apapun konsekuensinya.

Saya yakin, cobaan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya, salah satu ajang kenaikan tingkat di hadapan Allah. Saya juga yakin... bahwa di setiap cobaan... banyak sekali karunia Allah yang tersembunyi di dalamnya. Bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan hambaNya yang bersabar.

Saya jadi teringat sabda Rasulullah SAW, "Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Semua keadaannya bernilai baik baginya dan hal seperti ini tidak akan terjadi kecuali pada diri orang mukmin. Jika ia menerima kebahagiaan ia bersyukur, maka itu jadi kebaikan baginya. Dan jika ia menerima musibah ia bersabar, maka itu pun jadi kebaikan baginya." (H.R. Muslim) Subhanallah...

Maka, saya harus senantiasa berusaha untuk menambah porsi kesabaran itu, lagi dan lagi! Dan saya harus memompa semangat tak kenal henti, karena tak ada yang membuat saya bertahan kecuali semangat.

Walaupun setiap saat tanda tanya besar di kepala saya senantiasa menggantung, "WHY JOGJA???" Tapi saya yakin, suatu hari nanti, saya akan mengerti... kenapa Allah membuat saya hijrah ke Jogja.

Teman, mungkin saat ini hanya beberapa baris kalimat ini saja yang dapat saya tuliskan. Mudah-mudahan di waktu yang akan datang, saya akan bercerita kembali... tentang perjalanan pertama saya ke Jogja, tentang hal-hal unik yang saya temui di sini, dan sebagainya.

Dunia tak abadi, dan hidup memang tak pernah bisa kita duga. Kita hanya berencana, pada akhirnya Allah lah penentu hidup kita. Teman-teman yang pernah membaca kisah "Sang Pemimpi" atau "Edensor" tentu ingat kata-kata ini, "Hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis dan sporadis. Namun, setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik." Subhanallah...