Monday, April 19, 2010

First Trip to Bandung

Sejak dulu, jauh sebelum perantauan saya ke Jakarta, saya begitu penasaran dengan Kota Bandung. Kota yang menurut cerita teman-teman saya, cukup sejuk... asri, dikelilingi perbukitan, mirip dengan Kota Pagar Alam tempat kelahiran saya. Dan, komentar orang-orang yang ditanya tentang kesan pertama kali ke Pagar Alam pun biasanya, "Mirip Bandung! Tapi disini lebih dingin" :D

Setelah merantau ke Jakarta, ingin... sekali rasanya main ke Bandung. Begitu banyak nama-nama menakjubkan di kepala saya yang berhubungan dengan kata "Bandung". Pertama, Daarut Tauhid. Saya begitu mengagumi sosok-sosok ulama di sana, ingin sekali rasanya bertemu muka dengan mereka. Teh Ninih yang luar biasa..., Aa Gym yang cukup memberi pengaruh pada hidup saya dengan ilmu Manajemen Qolbu-nya, lalu Pak Amri Knowledge Enterpreneur, yang sering berkeliling Indonesia dengan sepedanya. Kedua, sang penulis Tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata. Jujur saja, terlepas dari kontroversi tentang beliau, karya-karyanya (khususnya Sang Pemimpi dan Edensor) cukup mempengaruhi hidup saya, terutama saat saya merantau ke pulau Jawa. Banyak sekali hal-hal yang tak terbayangkan yang saya temui saat berpetualang ke berbagai tempat dan berjumpa orang-orang dari berbagai suku dan daerah. It's awesome! Saya sering membayangkan, suatu saat tiba-tiba saya bertemu dengan Andrea Hirata di angkot atau saat berjalan di keramaian. Penasaran saja, bertemu dengan sosok yang memiliki pengalaman dan petualangan hidup yang begitu menakjubkan, merasakan pancaran aura semangat mereka.

Akhirnya, kesempatan itu datang. Kemarin, tepatnya 18 April 2010. Alhamdulillah, saya diberi rizki oleh Allah dapat bersilaturrahim ke Bandung, mengunjungi saudari seiman, Teh Desi a.k.a Hauri. Walaupun sebenarnya hari itu saya ada agenda penting, tapi bersilaturrahmi tak kalah penting. ^_^

Pukul 07.25 am
Berbekal imaji yang disajikan Mbah Google, dengan menumpangi bis Patas 44 Ciledug - Senen, saya menuju Stasiun Gambir. Seperti biasa, karena masih pagi... bis melaju sangat lambat, mengantisipasi para penumpang yang ingin menggunakan jasanya.

Pukul 07.48 am
Bis belum menunjukkan tanda-tanda untuk memacu kecepatannya. Saya mulai khawatir, bisa-bisa saya nelat dan ketinggalan kereta. Karena menurut jadwal, pemberangkatan kereta menuju Bandung pagi ini pukul 08.30.

Bis terus melaju dengan kecepatan yang saya taksir hanya sekitar 20km/jam. Lalu mulai ada pengamen yang beraksi. Namun tak seperti biasanya, kali ini aksi sang pengamen tidak jadi pusat perhatian saya karena saya begitu khawatir datang terlambat ke stasiun, ketinggalan kereta, lalu harus mencari alternatif lain menuju Bandung. Tapi, lama-kelamaan Pak Sopir ngebut juga :D *alhamdulillah*

Pukul 08.01 am
Bis akhirnya tiba di seputaran Thamrin, di sini mulai banyak penumpang yang turun. Lalu, saya bertanya pada seorang ibu yang duduk di sebelah saya, "Stasiun Gambir belum lewat kan, Bu?" Sang Ibu menjawab dengan senyum manisnya, "Belum Neng, nanti saya kasih tahu." Alhamdulillah, nih Ibu baik banget. ^_^ Tak lama kemudian, turunlah saya di tempat yang direkomendasikan ibu itu. Karena orang-orang terlalu crowded dan masih khawatir ketinggalan kereta, saya masih ragu-ragu memasuki pintu gerbang. Saya sempat berpikir, 'Wah, kalo ini bukan stasiun Gambir dan ternyata saya malah nyasar, gawat!' Akhirnya saya bertanya pada seorang Bapak yang lewat,

Saya : "Pak, maaf numpang tanya, ini bener stasiun Gambir kan?" (asking like a stupid people :P)
Si Bapak : "Iya bener." (Oh, nice...)
Saya : "Kalo jalan masuknya lewat mana Pak?" (mengantisipasi kemungkinan nyasar)
Si Bapak : "Wah, saya ga tau Neng. Saya ga pernah masuk stasiun."
Saya : *bergumam dalam hati* 'Lho, kok?!!!' (Gubrakks!) "Oh gitu, gapapa, makasih ya Pak", sahut saya sekenanya sembari menjauh pergi meninggalkan Bapak itu. :D

Lalu saya menggunakan intuisi, di saat-saat seperti ini biasanya memang intuisi yang bisa diandalkan. Saya melangkah mengikuti kata hati, menuju jalan setapak di dekat parkiran mobil yang terlihat dari jauh. Dan ternyata, alhamdulillah... ternyata benar, ini Stasiun Gambir! :D (Dasar Ndeso! :P) Imaji-imaji yang saya rekam dari Mbah Google pun mulai tampak, tempat membeli tiket, koridor-koridor, dan kesan hijau yang menyejukkan dari keseluruhan bangunan stasiun ini.

Saya bersegera antri membeli tiket, apapun terserah yang penting saya bisa berangkat ke Bandung pukul 08.30. Saat ditanya oleh petugas tiket, pola ingatan saya tertukar antara `Bisnis` dan `Eksekutif`. Sebenarnya maksud saya ingin membeli tiket kereta bisnis, tapi saya malah bilang yang eksekutif. Walau harganya lebih mahal, saya nggak 'ngeh', saya berpikiran, 'Ooo, mungkin harga tiketnya naik atau mungkin saya yang salah lihat harga tiket'. *parah* :P Dan sampai kereta akan berangkat pun saya masih belum sadar bahwa saya salah pilih tiket. (doh) *entah efek apa*

Pukul 08.45 am
Menuju peron sesuai dengan yang tertera di tiket, masuk ke dalamnya, lalu melihat semua yang serba lux, barulah saya tersadar... 'Walah... mestinya tadi saya beli tiket bisnis! Puantesss!' (doh) :D Tapi, gapapa lah sesekali nggak merakyat, siapa tahu ada hikmahnya buying executive ticket by accident. (haha)

Saat menemukan tempat duduk sesuai tiket, saya kaget! Di sana ada laki-laki muda yang sedang merapikan perlengkapan bayi. Sang bayi pun, tertidur pulas di atas jok empuk peron eksekutif. Lalu saya bertanya memecah kebingungan, "Maaf, 6B di sini kan?" Lalu ia menjawab sambil kerepotan menggendong sang bayi, "Oh, iya Mbak, maaf... silakan." Melihat bayi yang kecil mungil itu, ingin... sekali saya menggendongnya. *konyol* (doh) Tapi, saya langsung teringat pertanyaan yang semestinya sejak tadi saya tanyakan, "Lho! Ibunya kemana???" Melihat gelagat dan rona mukanya setelah mendengar pertanyaan saya, saya langsung bisa menduga, sepertinya ada permasalahan rumah tangga. (okok) Lantas ia menjawab sekenanya, "Ibunya lari ke Bandung...", sembari me-ninabobo-kan bayi itu. 'Masya Allah....', saya bergumam dalam hati.

Pukul 09.00 am
Kereta berangkat, menggumam sebaris do'a. Lamat-lamat terdengar suara di samping saya, lelaki tadi berbisik kepada anaknya, berkomunikasi dan mengajak anaknya berdo'a. Oh, it's so nice...

Dalam perjalanan, seperti biasa... yang paling asyik adalah melihat dan mengamati sekitar atau membaca buku. Tapi, baru beberapa halaman saya baca. Kerepotan Sang Ayah di sebelah saya begitu menarik perhatian. Terlihat sekali, betapa canggungnya dia melakukan semua itu, memberi susu dari sebuah dot kecil, menggendongnya sedemikian rupa, sesekali merapikan kain yang menyelimuti anaknya, mengobrol, bahkan bernyanyi. Semua pemandangan itu, tentu saja tidak berhasil membuat seorang Cici Silent untuk tetap silent. Saya menginterogasi Sang Ayah ini, apa yang terjadi hingga membuat Sang Ibu nekat meninggalkan anaknya. So, setelah bertanya-tanya barulah saya paham... Ternyata ibu sang anak 'ngambek' karena masalah yang sepele, dan penyebabnya adalah komunikasi yang tidak baik di antara mereka. *pfuiiiih* Saya jadi teringat dengan petuah salah satu sobat di dunia maya, bahwa memang kunci kebahagiaan rumah tangga adalah Kepercayaan dan Komunikasi. Ini salah satu hikmah yang saya dapatkan dari kejadian ini. Dalam hati saya berharap, 'Ah, semoga ibunya sadar, dan bayi itu bisa kembali ke pelukan hangat sang ibu. Amiin.'

Semakin dekat menuju Bandung, mulai terlihat banyak pemandangan indah di sisi kiri - kanan kereta. Subhanallah...sawah, bukit, sungai, kebun... Ah, membuat saya rindu kampung halaman.

Pukul 12.17 pm
Alhamdulillah... akhirnya tiba juga di Stasiun Bandung. Teh Desi sudah menanti di sana. Sejak tahu kabar beliau sakit tempo hari, saya jadi begitu penasaran bagaimanakah kondisi sahabat yang satu ini, apalagi beliau sudah berhenti plurking, jadi sering tak tahu kabarnya.

Akhirnya, kita bertemu! Alhamdulillah... Lalu, pembicaraan mengalir begitu saja, walau baru pertama kali bertemu di dunia nyata, tapi subhanallah... rasanya begitu dekat. It's amazing.

Siang itu, kita keliling-keliling kota Bandung. Dan benar adanya, udara di Bandung cukup sejuk... polusi udara juga tidak separah di Jakarta. Masih banyak pepohonan rindang yang terlihat di tepi-tepi jalan. Hanya saja, cukup banyak pula jalanan yang rusak. Hmm... semoga Pemerintah Kota Bandung cepat tanggap melihat kondisi ini.

Ba'da Ashar
Setelah makan dan ngobrol sebentar, kami kembali menyusuri jalanan Kota Bandung menuju Daarut Tauhid (DT). Wah... like a dream comes true. Tidak menyangka saya bisa ke DT! Subhanallah...

Sesampainya di DT, saya langsung takjub. Takjub dengan suasana lingkungan di sana, takjub... bahwa saat itu saya bisa saja bertemu dengan sosok-sosok itu! Aa Gym dan Teh Ninih...

Muslimah Center (Sebelah rumah Aa Gym)


Setelah melihat-lihat sejenak, kami berencana untuk bersilaturrahim ke rumah Aa Gym. Semoga saja beliau ada dan mau menerima kami sebagai tamu tak diundang. Tapi, sekonyong-konyong... tiba-tiba saja Teh Desi mengejutkanku, "Lha... itu Aa Gym, Teh!", sembari menunjuk ke mobil yang lewat di depan saya. (woot) Saya sempat melihat beliau sepintas, lalu beliau melaju perlahan dengan mobilnya. Kami sempat mau mengejar beliau, siapa tahu beliau hanya mau menuju tempat di dekat sini, tapi... kami sadar, itu konyol! (haha) :D Akhirnya, kami berbalik, dan menuju ke rumah Aa Gym, berharap Teh Ninih ada di rumah.

Entah apa yang menggerakkan kami untuk menuju ke sana, tapi... alhamdulillah, walau rasanya sulit dipercaya, ternyata Teh Ninih mau menerima kami sebagai tamunya (yang tak diundang). :D Subhanallah...

Kami dipersilakan menuju ruang tamu sederhana di belakang rumahnya, menunggu beliau istirahat sejenak selepas mengisi kajian di suatu tempat. Menatap rumahnya yang sederhana, nyaman, rapi... membuat hati saya terenyuh. Benar-benar tak menyangka saya bisa bertamu ke rumah ini.

Berfoto sembari menunggu Teh Ninih (editted by hauri)


Sederhana berhias cahaya ilmu
*Subhanallah... kapan ya bisa punya perpustakaan pribadi seperti ini?*


Beberapa saat kemudian, keluarlah sosok fenomenal itu, Teh Ninih Muthmainnah, yang selama ini hanya saya lihat di TV, yang selama ini kata-katanya hanya bisa saya dengar lewat tulisannya, subhanallah... bisa berjabat tangan dan akhirnya berbincang langsung dengan beliau.

Berhadapan dengan Teh Ninih, aura keimanannya sungguh terasa. Belum apa-apa, beliau sudah menguraikan kata-kata lembut penuh hikmah, dan begitu dalam... Berkomunikasi langsung dengan beliau membuat saya malu dan grogi, ah...apalah artinya saya ini. Tapi, sebuah anugerah dan nikmat yang tak ternilai dari Allah... saya bisa bersilaturrahim dengan seorang muslimah luar biasa seperti Teh Ninih.

Di sini, walau dengan waktu yang sangat terbatas, kami mendapatkan begitu banyak ilmu dari beliau. Terutama yang terngiang-ngiang di benak dan hati saya adalah tentang makna cantik. Beliau bilang, "Cantik lahir itu teh sudah ada jatahnya, ada yang dikasih 20%, ada yang 50%, bahkan ada yang 100%. Dan cantik lahir, kita tidak bisa memilih, kita terpilih." 'Hmm....', saya menyimaknya dengan seksama. Lalu, beliau melanjutkan dengan guyonan dan tawa khasnya, "Ah, tapi khan sekarang ini untuk cantik lahir mah gampang atuh, tinggal ke salon bisa cantik." :D Kemudian, dengan tutur katanya yang halus lembut itu beliau meneruskan, "Cantik itu memang relatif. Dan cantik lahir sudah ada jatahnya masing-masing. Tapi, kalau cantik bathin... semua wanita bisa mengejarnya!" Wow! Seperti ada yang menembus halus ke dalam hati, kata-katanya dahsyat!!! Kami berdua terdiam lama, takjub... speechless.

Beliau melanjutkan, memberi petuah-petuah hidup yang sungguh bermakna bagi kami berdua. Rasanya seperti mimpi, dan saya masih belum bisa percaya... subhanallah, saya ketemu Teh Ninih dan berbincang seperti ini. Betapa sebuah keajaiban dan anugerah dari Allah, it's very awesome! Walau tak lebih dari satu jam, saya telah bisa merasakan betapa Teh Ninih memiliki hati seluas dan sedalam samudera, kata-katanya penuh cahaya, akhlaknya berkilau bak permata... Subhanallah, walhamdulillah...

Menjelang Maghrib, kami pamit... tidak tega juga melihat beliau yang tampaknya sedang begitu letih, masih harus menerima tamu tak penting seperti kami. Lalu, kami meminta berfoto bersama untuk kenang-kenangan.

Bersama Teh Ninih yang luar biasa! (editted by hauri)


Adzan Maghrib berkumandang, shalat berjama'ah di masjid Daarut Tauhid memberi kesan tersendiri buat saya. Bacaan sang imam yang mengalun syahdu, begitu menyentuh ke relung hati terdalam. Subhanallah walhamdulillah...

Daarut Tauhid Menyongsong Senja


Ba'da Maghrib, kami meninggalkan DT, lalu kembali menyusuri jalanan Bandung. Dan kali ini, saya yang bawa motor karena terlihat sekali Teh Desi sudah sedemikian letihnya. Alhamdulillah beliau berkenan saya bonceng. ^_^

Setelah berkeliling mencari jasa travel, alhamdulillah... memang Allah telah mengatur semuanya, di detik-detik terakhir kebingungan mencari travel yang kosong, ada pertolongan Allah. Padahal saya sudah nyaris mengambil opsi terakhir, yakni kembali ke Jakarta besok paginya dengan konsekuensi telat ke kantor. Subhanallah, ada seorang supir yang rumahnya satu arah dengan tujuan saya, jadi bisa mengantar. Alhamdulillah akhirnya... *pfuiiih*

Di tengah perjalanan, mobil mendadak berhenti. Ternyata sang sopir mendapat kabar bahwa terjadi kecelakaan travel yang satunya, menabrak bis dan sebuah mobil karena tak mampu mengendalikan kecepatan. Masya Allah... Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Ada gejolak kesyukuran yang menyelusup ke relung hati, alhamdulillah... Allah masih menjaga dan melindungi saya. Karena semua bisa saja terjadi, jika Allah telah berkehendak.

Pukul 22.30 pm (kurang lebih)
Alhamdulillah akhirnya tiba di kos, disambut dengan senyum seorang saudara yang tengah menonton TV, lalu ia menegur dengan halus, "Dari mana Mbak? Wah... kayaknya Work Hard - Play Hard nich!" :D Saya hanya bisa menjawab pertanyaannya dengan tawa, seraya berlalu menuju tempat rehat.

***

Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan dahsyatnya perjalanan saya hari itu. Banyak sekali hikmah, pelajaran, ilmu-ilmu berserakan yang bisa saya ambil dan saya tangkap dengan leluasa. Begitu banyak pula... kesan yang tak terucapkan, bisa bersilaturrahim, bertemu dengan saudara seiman, dan sosok-sosok luar biasa. It's too awesome! Special for Teh Desi, thanks so much for everything. It's all impossible without your help. Jazakumullah khairal jazza'... semoga ukhuwah kita menembus syurga, amiiin.

Syukurku padaMu Ya Rabb... atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan, atas semua pertolongan yang Engkau curahkan. Segala puji bagi Mu, Tuhan semesta alam...

*Fabiayyi alaa irobbi kumaa tukadzzibaan*

14 comments:

Anonymous said...

uni...photo uni cici bareng teh hauri tuh di kirim ke ane....via MMS..waduh..langsung pamer gitu..hihihii...

semoga bisa ke Bandung juga...:) hihii...

admin teamtouring said...

ke bandung naek kereta apa ci..
denger2 kereta parahyangan jurusan bandung-jakarta berhenti beroperasi ya..sehingga nggak ada kereta jurusan jakarta-bandung?

indahonly said...

TOB MARKOTOB!!! ^_^

iLLa said...

1. saya NGIRI abisss! bisa2nya berangkat ke Bandung ga nungguin sayah? dimana ukhuwahnya? dimanaaaa?????
2. itulah akibatnya kalo ga nungguin sayah, ga ketemu Aa Gym kan? cuba ngajak saya, sama istri keduanya jg bisa ketemu (lmao)
3. bener2 yak, pake ngintrogasi orang lagi, *bapak2 yg sama anaknya*. bdw napa ga kenalan lebih lanjut? kali aja malah dy nyari ibu tiri untuk anaknya


*kaburr ke makasar*

Pojok Pradna said...

(ngekek_guling_guling) sama komen iLLa ...

padahal niat mo komen serius di sini, lho (lmao)

Andy MSE said...

fotonya canteek... yang difoto juga canteek...
keren abiss

dhodie said...

Niat bener yak sampe jam per menitnya ditulis (doh)... Lay down your journey not to minutes to minutes, but step by step you've taken ququququ *gaya banget yak bahasanya*

Wow semakin serius nih cari-cari orang baru buat dimampiri *dikepruk ikan tenggiri*

hauri said...

ini bingung mesti comment apa.. =D btw,wa iyyakum..semoga ukhuwah ini tak lengkang oleh zaman...*pasti capek ya naik motor seharian,btw..ternyata karena perjalanan pulang anti yg bawa motor sangat membantu =D*hehe..

@iLLa: =D ditunggu kedatangannya...hehe

@fajar embun: (doh)disebutin disini..(blush)

cici silent said...

@Fajarembun : Walah... malah merhatiin fotonya! (doh) Emang blm pernah ke Bandung??? (hassle)

@teamtouring : Kmrn itu naek Parahyangan. Kabarnya sih begitu, mulai tanggal 27 Parahyangan tidak lagi beroperasi. *sigh*

@Indah : Sip Markusip! :D Po kabar Ndah?

@iLLa : *peace* (ninja)

@Pradna : (haha)

@Pak Andy : (nepok_jidat)

@Dhodie : (haha) That's my style ;) Iya dunks...cari-cari orang terkenal biar jd terkenal jg :P

@Hauri : Amiiin... gpp kok Teh, udah biasa sering motoran :P (cozy)

ethie said...

Curang aku gak diajakkkk.... *ngiri tingkat tinggi*

Anonymous said...

sudah lama banget tidak ke Bandung, kalau ngga salah terakhir 15 th yg lalu, hiks jadi pengin ke bandung lagi ...

Dian Eka said...

Salam kenal buat saudariku cici (yg katanya) silent. Blogwalking nih, lewat blog.. *siapa tadi ya? lupa.. :D alhamdulillaah, ceritanya menarik, pertama, sy jd kenal blog ukhti cici yg sy kenal namanya melalui blog imansulaimanblog, kedua, sy jd tau klo ukhti Desi sakit *kok gak bilang2 sih??! uda seminggu lebih gak sms (oh iya mgk krn sakit ya.. :p oops) Syafakillah utk ukh Desi. Ditunggu kunjungannya di blog ane ya.. salam alaykum.

Anonymous said...

Sya ijin share fotonya ya teh
fotonya bagus yang di dt menjelang senja.
nuhun..

Au' said...

Sampe sekarang masih tetap bermimpi nginjakin kaki ke bandung, hikss...