Saturday, February 21, 2015

Menyapih Syifana dengan Cinta

Terinspirasi dari tulisan Mak Armita Fibriyanti di blognya, saya jadi kepingin berbagi juga tentang cerita suka duka menyapih Syifana kemarin. Well, terlepas dari fakta bahwa telah sekian lamanya saya hiatus :p dan tidak ada konferensi pers penjelasan or cerita mengapa dan kok bisa, lebih baik saya lanjutkan menulis mumpung mood saya sedang baik dan little princess Syifana sedang bobo siang.:D

Nah, sejak saya diketahui positif hamil yang kedua, banyak pihak yang menyarankan untuk segera menyapih Syifana. Saat itu usia Syifana tepat 18 bulan dan saya berusaha untuk kekeuh tetap terus memberikan ASI sampai ia berusia 2 tahun. Di usia kehamilan 9 minggu, walaupun sempat mengalami flek ringan, alhamdulillah ASI tetap saya berikan karena menurut seorang sahabat yang ahli medis, menyusui tidak akan membahayakan kehamilan.
Syifana in hijab style ;)
Kembali lagi soal menyapih. Sebenarnya sejak ia berusia 18 bulan, Syifana sudah jarang menyusu. Ia hanya menyusu di saat mau bobo siang dan di malam hari menjelang tidur. Setelah membaca soal WWL (Weaning with Love) dan juga hasil sharing dengan beberapa orang teman, akhirnya saya memulai strategi berikut ini.
  1. Berikan ia asupan makanan dan camilan yang cukup. Dengan begitu, perutnya tidak akan terusik sehingga lupa menyusu. 
  2. Jangan tawarkan untuk menyusu kecuali dia yang minta. Ini agar ia sedikit demi sedikit lupa akan menyusu.
  3. Berikan sugesti alam bawah sadar sesaat sebelum dia tidur atau terlelap. Misalnya, "Syifana nanti pas ulang tahun yang kedua, udahan ya Nen nya. Kan mau punya adek. Syifana pinter kan... bla bla bla". Sounding sesering mungkin agar lengket di alam bawah sadarnya. 
  4. Satu bulan sebelum hari ulang tahunnya, usahakan sebisa mungkin saat bobo siang tidak menyusuinya. Tapi jika ia rewel dan ngamuk minta menyusu, berikan. 
  5. H-7 soundingnya makin intens. Dan persiapkan mental agar tahan menghadapi responnya nanti saat disapih pertama kali. 
Dan hari H pun tiba. Saya sudah menyiapkan diri untuk berbagai respon "ngamuk" Syifana. Saya membayangkan akan menggendong ia sampai tertidur, tapi ternyata tidak. Kenyataannya, ia memang sempat menangis rewel dan memohon-mohon serta berusaha membuka baju saya untuk meminta haknya. Tapi ia tidak mau saya gendong, ia hanya ingin dipeluk dan mengelus-elus siku lengan saya. Mungkin dengan begitu ia merasa nyaman. Alhamdulillah, sekitar 15 menit kemudian ia tertidur. Saya pikir sounding yang selama ini saya lakukan berhasil. It works!

Hari-hari berikutnya juga tidak mudah. Kadang muncul perasaan nggak tega. Tapi saya membatin, `Bukankah ini adalah langkah agar ia mulai belajar kemandirian? Nggak mungkin kan selamanya anak kita lengket terus sama kita?`Alhamdulillah lama kelamaan Syifana mulai terbiasa dan mencari rasa nyamannya sendiri. Jika sebelumnya dia nyaman dengan menyusu, maka ia bisa tergantikan dengan hal lain sesuai dengan keinginan anak kita.

Saat ini setelah sebulan lebih saya berhasil menyapihnya, Syifana masih mencari-cari rasa nyamannya itu. Kalau dulu di awal menyapih ia minta saya peluk dan ia mengelus-elus lengan saya, kini ia malah nggak mau sama sekali. Kalau ia mulai mengantuk dan saya ajak ke kamar, ia mulai gelisah dan mencari alasan agar saya tidak mengajaknya tidur. Akhirnya yang saya lakukan adalah, mematikan lampu, mematikan TV, mengurangi aktivitas fisik, lalu saya biarkan saja ia mengantuk dan tertidur sendiri sesuai dengan nyamannya dia.

Belum sesuai dengan yang saya harapkan sih. Maunya saya, dia mau manut saya bacakan dongeng, cerita, atau aktivitas berdoa bareng sebelum tidur seperti yang ada di teori dan buku-buku. Tapi ya namanya juga anak-anak, mereka punya cara yang berbeda-beda. Kalau Syifana sedang saya bacakan do'a sebelum tidur, ia akan teriak dan protes menyuruh bundanya berhenti. Tapi kadang-kadang ia berdo'a sendiri (tentunya versi Syifana), ia mengangkat tangan "pssss... spbssss.... aamiiin....." :D Kadang ia ngoceh sendiri berhitung, "Wa, cu, ti, fo, fai, sis, segeh, eit, nai, ten! Yeeeeay!" :))

Yang pasti saya bersyukur, alhamdulillah saya bisa menyapihnya dengan cinta. Walaupun sempat stress menghadapi rengekannya dan menunggunya bermain lamaaaaa sekali sampai ia mau tertidur. Alhamdulillah saya tidak menuruti saran-saran seperti, getah brotowali, lipstik, obat merah, ataupun mengungsikan anak. Semoga cerita ini bermanfaat buat Mama or Bunda yang sedang dan akan menyapih anaknya. :)

11 comments:

Pungky Prayitno said...

Huaaaa anakku 2,5 tahun belum juga berhasil sapih. Gagal melulu karena akunya gak tegaan :(
Makasih pengalamannya ya mak.. Jadi bisa niru hihihi

starleery said...

Alhamdulillah ya mak. Semoga segera nemu kenyamanan penggantinya :-)

reni dwi astuti said...

Makasih mak tips nya...athiyah jg gak lama lagi hrs disapih nih...msh 5 bln lg sih...tp serasa begitu cepat

cici silent said...

@Pungky : Iya bener Mak, emang kitanya yang kudu tega & siap mental. Semoga segera berhasil WWL ya Mak... Salam kenal :)

@Lia : Iya alhamdulillah, mudah2an Mak. Makasih udah mampir ya... Salam kenal :)

@Reni : Emang waktu cepet banget berlalu, tau2 dia udah gede aja :D Semoga berhasil WWL nantinya ya Mak. Salam kenal :)

Moocen Susan said...

makasih mak tips nya sangat bermanfaat buat saya ntar kalau pny anak hehe

Ratusya said...

Huaa Sudah hamil lagi yah. Selamat ya. Oh gitu ya tips menyapih. Hihihi, Ga tegaan ya

Fenny Ferawati said...

Jadi orang tua itu ternyata harus belajar "tega" juga ya mak

solusi kewanitaan said...

untung nemu tulisan ini, bisa buat pengetahuan besok kalau udah waktunya menyapih si kecil...terimakasih

hotbuy said...

cute banget anak nya ya, gemesin :D

Kang_Abuy said...

cici bagaimana kabarnya?? wah lama tak silaturahmi di blog...sekarang dah dua anaknya semoga jadi penerang dunia yg sedang gelap....

indahonly™ said...

Aku sapih waktu sudah lahiran 3 minggu usia adiknya hahaha, judulnya disapih dengan terpaksa. Alhamdulilah ASInya 2 tahun 1 bulan. Padahal pas hamil tua masuk bulan Ramadhan, sambil puasa, gak berhasil nyapih sblm lahiran :D