Aku masih disini S'lalu berteman pada heningnya malam S'lalu menangis pada derasnya hujan S'lalu mengadu pada teduhnya bulan S'lalu tertegun dan terdiam pada gemerlap bintang
T'lah ku lewati hari-hari di Jakarta ini Mengeja nasib, bertarung pada waktu Bersusah dan berkeras pada diri sendiri Sampai tubuh pun tertampar begitu kuatnya
Tiap hari pikiranku dipenuhi sejuta tanya Dan tak pernah ku berhenti bertanya Apa sebenarnya yang sedang ku cari disini Apa sebenarnya di balik semua ini Ada apa, mengapa, dimana Siapa, bagaimana...
Aku telah berusaha 'tuk mencoba bertahan disini Aku telah berusaha 'tuk menguatkan diri Merajut jalinan kesabaran Merangkai butir-butir ketegaran Mengeja bait-bait keyakinanku padaNya Menghembuskan nafas keikhlasan pada jiwa
Dan aku telah sampai di titik ini Titik jenuh ini Titik lelah ini Namun tak jua ku temukan jawab itu
Pun aku telah sampai di puncak ini Puncak kesedihan ini Puncak tanda tanya ini Puncak kesabaran ini Dan aku semakin tak mengerti
Tapi aku tak boleh kalah dengan perasaanku Aku tak boleh menyerah dengan kesedihanku Aku harus memenangkan ini Aku tak boleh menyerah disini Aku hanya butuh sedikit kesabaran lagi
Kini, aku akan terus bertahan Walau entah sampai kapan, jawab itu 'kan ku temukan Hatiku harus dipenuhi berjuta keyakinan Disana masih tersimpan banyak harapan Dan aku masih harus tetap berjalan Meniti sepenggal masa depan
Tegarlah diriku, damaikan jiwamu Sabarlah diriku, hiburkan sepimu Kini biarlah... Waktu yang 'kan jawab semua... Tanya hati itu
Langit, Lama ku menatapmu Berkaca pada bening cahaya yang kau tebarkan Tertegun pada nada-nada yang kerap kau lantunkan Mengeja bait indah yang s'lalu kau lukiskan
Engkau selalu menampakkan keindahan Dan kau tunjukkan padaku setiap waktu Corak warna begitu istimewa Kemegahan tak terkira Yang membuat takjub pandangan Yang membuat luas harapan
Kala pagi, Kau beri kehangatan pada bumi Kau bentangkan putih biru yang indah Kau bisikkan sinar hidup nan cerah
Kala siang, Kau pancarkan energimu pada bumi Hingga bumi begitu bergelegak Terpacu tuk s'lalu bergerak dan berjalan
Kala petang, Kau hembuskan nirvana senja begitu mempesona... Hingga penjuru bumi pun terpana Akan biusmu, akan cantikmu
Kala malam, Kau hadiahkan manisnya bulan Kau percikkan sejuta bintang harapan Lalu kau damaikan bumi dalam lelapmu
Duhai langit, Sampai kapanpun... Aku takkan pernah bosan menatapmu Setiap hari, saat ku sepi, saat ku riang Saat ku pilu, saat ku rindu, saat ku terdiam Karena wajahmu... hadirkan berjuta warna Karena luasmu... s'lalu damaikan jiwa
Cerah itu hilang sudah Cahaya itu gelap sudah Kabut yang mulai terlihat menipis Kini dihujani salju Membawa hawa dingin hingga hanya beku yang menyapa
Bias cahaya ufuk Timur dan Barat T'lah lama menjauh Bias sinar ufuk Utara dan Selatan Yang ku harap 'kan dapat menghangatkan dinginku Pun t'lah pergi dengan angkuh Menyisakan kebekuan yang kukuh Dingin tak terperi
Kini, Ku hanya akan berteman dengan sepi Bercerita pada angin, bercanda pada hujan Berhangat dengan mentari, bercengkrama pada malam
Aku hanya akan mendengarkan curhat awan Menampung segala rasa hingga mendung begitu tebalnya Hingga hujan menjadi akrab layaknya teman setia
Aku hanya akan bernyanyi pada air Yang 'kan hiburku dengan nada perkusinya Yang 'kan hidupkan jiwaku dengan senandung alamnya
Hati, Maukah mendengarkan ku lagi kali ini Rindu yang tiap kali ku bisikkan Gamang yang acap kali ku dendangkan Sepi yang sering kali ku nyanyikan Padamu…
Hati, Sanggupkah kau urai lagi kali ini Misteri yang t’lah sering kau sibakkan Berjuta tanya yang t’lah kerap kau jawabkan Berangkai makna yang tak bosan kau ungkapkan Padaku…
Duhai hati, Dengarkanlah bisikku Uraikanlah untukku Ku mohon… hanya untuk kali ini Karena ku tak sanggup, berlama menyimpan segunung tanya Karena ku tak kuasa, berlama menahan berjuta kata Jawablah… Wahai lentera, penjaga setiap jiwa