Saturday, June 07, 2008

Angin Kelabu di Pagi Hari


Entah apa yang ingin ku tuliskan di sini, tapi yang pasti perasaan ku saat ini sedang sangat kacau. Bak angin puyuh yang memporak-porandakan bumi. Bak ombak yang menerjang menghempas badai. Ingin kulukiskan apa yang sedang ku rasa, ingin ku bagi sesak di dalam dada ini. Namun sulit rasanya mulut ini berucap, sulit rasanya hati ini membagi derita.


Aku ingin seperti mentari… yang senantiasa menebarkan sinarnya tanpa henti, tanpa lelah. Memberikan secercah cahaya tanpa ingin energi itu kembali padanya. Matahari, ia selalu punya energi, ia menyinari dunia hingga dunia pun terang ceria.


Aku ingin seperti karang… yang tegar, teguh, mempesona. Yang bertambah kuat kala hantaman ombak besar senantiasa mendera.


Aku ingin… namun aku bukanlah mentari, bukan jua karang. Aku hanyalah seorang anak manusia, yang kadang tertawa kadang menangis. Yang tak selalu punya cahaya untuk dibagi, bahkan kadang tak punya cukup cahaya untuk menerangi diri sendiri.




NB : Hidup memang seperti roda yang berputar, right ? I can just smiling to face it :)

3 comments:

Anonymous said...

Suatu saat, jadilah udara. Ia selalu ada setiap dibutuhkan, selalu setia memberikan manfaat bagi siapa saja yang butuh untuk menghirupnya... Matahari memang hebat, tapi ia memberikan sinarnya di siang hari saja. Begitu pula bulan, ia juga hebat, namun hanya memberikan cahaya indahnya di malam hari saja... sementara udara, memberikan apa yang dimilikinya untuk yang membutuhkan sepanjang siang dan malam hari, di setiap tempat dan keadaan... selamat beramal, sukses selalu!

Au' said...

Setuju dgn pendapat diatas, dan jadi inget kutipan ini : "

Hidup itu bukan berarti betapa bahagianya diri kita, tetapi bagaimana bahagianya orang lain karena kita."

cici silent said...

@ Ust. Saif : Syukran ustadz, saya dapat inspirasi baru hari ini.
@ Au' : Yup! We are happy if others happy. But,kesedihan memang sudah bagian dari kehidupan. Kadang, justru ketika kita bersedih kita bisa memaknai setiap kata nurani.