Tuesday, December 28, 2010

Reflection

Tak terasa, waktu seolah pergi begitu saja tanpa sempat menyapa. Setahun sudah hari-hari dijalani. Entah dengan penuh semangat hati. Entah dengan langkah sepi. 

2010, sebuah tahun yang penuh dengan warna-warni. Ada begitu banyak hal yang kutemui di tahun ini. Sesuatu yang berbeda, sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak biasa. Ada banyak kejadian menggelikan, memilukan, bahkan mengejutkan.

Setelah mengalami berbagai macam lika-liku hidup, melewati sejumlah petualangan dan perjalanan yang bersahabat dengan tantangan, tertempah dengan karakter keras dan impresif, sepertinya tak membuat semesta membiarkanku jera. Ternyata ada berupa-rupa ujian yang tampak lembut dan ramah, namun tak ubahnya seperti bunga Rafflesia; begitu indah namun busuk adanya, siap menelanmu ke dalam kegelapan tanpa batas. 

Ada begitu banyak hal yang sebenarnya bisa lebih baik dari yang telah kulakukan. Selisih kualitas. Ya, mungkin sudah terlalu banyak yang tidak mendapat porsi perhatian yang penuh dariku. Aku terlalu sibuk dengan hal yang sama sekali tak pantas dan tak patut untuk mengambil alih porsi itu. Aku terlalu sibuk bermain-main dengan ekspektasi yang sejatinya hanya ada di dalam fiksi-fiksi. Dan aku terlalu sibuk bertaruh pada diriku sendiri, sejauh apa konsekuensi terburuk itu akan mencabik diri atau bahkan lebih dari itu; mematikan diri sendiri.

`Ah, namun Cici tetaplah Cici. Sejauh apapun rencananya, ia akan tetap pada intuisi dan idealismenya.`

Aku beruntung. Memiliki semacam kebiasaan rasa yang tak dapat kupanggil sewaktu-waktu, namun tak dapat kucegah dan kutampik bila ia datang. Aku juga beruntung. Memiliki insting detektif alami sekaligus watak impresif nan tersembunyi. Semua itu tentunya tak lepas dari skenario yang telah Allah desain.

Di akhir tahun ini, kucoba untuk berkaca. Seperti apakah gerangan, wajah yang tampak dalam cermin. Kucoba menembus batas-batas rupa. Kutemukan banyak sekali noktah disana. Satu demi satu bermunculan, meminta dan menuntut pertanggungjawaban. Namun apa dikata, waktu tak dapat kembali, ia telah sirna.

Aku teringat dengan sebuah quote, "Hal-hal paling penting tidak pernah boleh berada di bawah hal-hal yang paling tidak penting". Mungkin sudah terlalu banyak prioritas yang terbolak-balik. Sudah terlalu banyak hal-hal yang paling tidak penting menjadi sebuah hal yang seolah-olah paling penting dalam hidup. Betapa di tahun 2010 ini aku menjadi begitu miskin prioritas. *astaghfirullah...*

Resolusi memang sebuah keniscayaan. Namun terkadang kesungguhan di dalamnya menjadi tantangan tersendiri. Ada begitu banyak resolusi yang kita sepakati sendiri, namun ironisnya juga kita khianati sendiri. Lagi-lagi takkan ada yang mampu mengurainya selain diri kita sendiri. Maka aku takkan menuliskan resolusi apapun disini, cukuplah ada di benak hati.

Di penghujung 2010 ini, izinkan aku untuk berterima kasih.
Terima kasih... pada siapapun yang telah melukai hatiku, karena engkau telah membuatku kuat.
Terima kasih... pada siapapun yang telah membohongiku, karena engkau membuat hidupku lebih bijak.
Terima kasih... pada siapapun yang membenciku, karena engkau mengasah ketegaranku.
Terima kasih... pada siapapun yang menzholimiku, karena engkaulah yang menyebabkan do'aku terkabulkan.

Segala puji bagi Allah... di akhir tahun ini semua pertanyaanku terjawab sudah. Sebuah jawaban do'a dari harap yang sederhana. Semesta memeluk takdirnya, bumi merunduk hatinya. Potongan-potongan sketsa itu menemukan mozaiknya.

"Hidup dan nasib, bisa nampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis, namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun yang terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan." (Harun Yahya, from opening at Edensor)


(Gunung Dempo, taken from Tebat Gheban, Pagar Alam)

Bilakah saatnya
Kala kita berkaca
Yang nampak adalah indahnya
Indah dalam hati dan jiwa

Tuesday, December 14, 2010

Belajarlah Lupa

 
 
Telah begitu lama
Kau belajar untuk mengingat semua
Menghapal nama-nama dan peristiwa
Merekam bait-bait di kedalaman rasa
Meresapi makna pada relung jiwa

Namun tak maukah kau coba sekali saja
Belajarlah lupa

Sumber gambar dari sini

Sunday, November 07, 2010

Maukah Kau Tahu

Wahai bahasa, masih miskinkah rasa
Jatuh merapuh
Berdebam dalam lumpur asa

Duhai kata, masih dangkalkah makna
Hanyut terlerai, cerai
Berpencar ke segala arahnya


Aku tahu itu rasa
Aku tahu dalamnya makna
Tapi maukah kau tahu?

Gambar diambil dari sini

Wednesday, November 03, 2010

Tentang Sahabat

Teman, aku punya tiga kisah. Kisah tentang sahabatku yang semoga dapat kita ambil hikmahnya.




Cerita Pertama

Ia sahabatku, sahabat setiaku. Aku memahaminya, dan ia pun sangat memahamiku. Ia seorang yang sederhana, dari keluarga sederhana, dan memiliki impian sederhana. Pertemuanku dengannya sebetulnya bisa dibilang by accident. Namun atas izinNya, kami pun berteman, saling mengenal, bertukar cerita, berdiskusi, dan sebagainya. 

Waktu berlalu, dengan kesibukan masing-masing kami pun sudah jarang bertemu. Jika ada momen-momen yang memungkinkan kami berbincang, maka kami sempatkan waktu itu untuk memanfaatkannya menjadi sebuah pertemuan yang berkualitas. Namun jika tidak –dalam sebuah rapat organisasi misalnya- kami hanya bisa saling memandang, saling menerobos ruang hati lalu bergumam, “Apa kabarmu wahai sahabatku?” dan aku pun hanya mendapatkan jawaban dari senyuman dan tatapan matanya.

Terkadang jika aku sempat, kudatangi ia di rumahnya, kuberikan kejutan. Ia nampak begitu senang. Aku pun turut senang untuknya. Lalu kami memutar sebuah album nasyid, bernyanyi bersama, tertawa bersama. Ah, indah sekali mengenangnya.

Tiga tahun lalu, ia menikah. Aku begitu antusias membantunya menyiapkan pernikahan. Kulakukan apa yang mampu kulakukan untuknya. Aku sungguh ikut berbahagia dengan pernikahannya. Menemaninya di momen-momen penting dalam hidupnya. Walau aku sadar, ia akan memiliki kehidupan yang baru. Tanggung jawab dan kewajiban sebagai istri, juga sebagai seorang ibu kelak. Namun, aku yakin ada ikatan yang kokoh di antara kami. 

Satu tahun lebih setelah pernikahannya, ia dikaruniai seorang anak. Cantik namanya, secantik maknanya. Namun disinilah Allah menguji sahabatku. Anaknya menderita penyakit bawaan yang dapat membuatnya cacat mental (down syndrome). Bayi mungil nan cantik itu seringkali diserang kejang-kejang pada beberapa bagian tubuhnya dan mengakibatkan otaknya menciut. Sedih hatiku melihatnya, namun selalu kutampakkan wajah penuh optimisme pada ibunya, bahwa ia harus yakin… masih banyak yang bisa diusahakan, bahwa teknologi terkini akan mampu mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Bahwa jika pun nanti anaknya menderita epilepsi, semua masih bisa dikendalikan. Bahkan seorang Galileo, Newton dan banyak orang hebat lainnya adalah penderita epilepsi.

Di tengah cobaan yang menggiriskan itu, cobaan lain pun datang menghampiri sahabatku. Suami dan keluarganya menentang pengobatan medis, dan menyuruhnya berobat ke orang pintar. Ia bercerita padaku sambil terisak. Geram aku mendengarnya. Bagaimana mungkin suaminya yang seorang sarjana bisa lebih percaya pada dukun?! Komunikasi sudah cacat fungsi. Suaminya hanya bisa menuruti kata-kata ibunya. Sahabatku bingung setengah mati, memilih antara logika yang sehat dan loyalitas pada suami. Beruntung, hari itu hujan deras. Sang dukun pun tak jadi datang.

Berbulan berikutnya, aku singgah ke rumahnya. Ia masih mengajar di sebuah sekolah swasta, sambil mengasuh seorang anak yang istimewa. Alhamdulillah, kini suaminya telah mengerti dan mengupayakan pengobatan terbaik bagi anak mereka. 

Kabar terakhir kudengar, sahabatku itu telah hamil lagi. Namun aku yakin padanya, pada semangatnya yang sederhana namun mempesona, pada senyuman yang penuh ketegaran, pada pengabdian yang penuh keikhlasan.


Cerita Kedua

Ia sahabatku. Teman satu sekolah saat SMP dulu. Ia pintar namun sungguh pemalu. Aku ingat ketika dulu waktu pelajaran seni suara, ia bernyanyi dengan merdu namun matanya tak berani menatap seisi kelas, ia malu. Prestasinya sungguh membanggakan. Bayangkan saja, di antara ribuan siswa ia nomor satu. Ya, kecerdasannya tak perlu diragukan lagi.

Di sekolah menengah, aku tak tahu lagi kabarnya karena kami memang melanjutkan sekolah di kota yang berbeda. Kudengar ia masih berprestasi, seperti dulu.

Beberapa tahun kemudian, saat aku kembali ke kota kecil itu, aku berjumpa kembali dengannya. Namun siapa sangka, dunia seolah tak berpihak padanya. Wajahnya sendu, lebih tepatnya muram. Ia tengah berperang dengan para petinggi civitas akademika. Berperang batin antara nurani, keculasan dan logika. Ia ingin idealismenya tegap tertegak. Namun, dunia pendidikan yang ia temui sungguh otoriter, dimana kecerdasan tak lagi dicari, kreativitas dan inovasi tak lagi laku. Semuanya uang dan keangkuhan. 

Sahabatku tetap berjalan di jalan yang ia pilih. Walau ia pada akhirnya lulus kuliah dengan nilai yang tidak memuaskan. Namun, ia tetap tegar dan melanjutkan hidup. Bagiamanapun, penilaian manusia pada dasarnya semua relatif. Apalah artinya nilai A jika pemahaman kita hanya sebatas kata-kata tanpa mampu menyelami maknanya? 

Beberapa saat setelah lulus kuliah, ia mengajar sebagai tenaga honor di salah satu sekolah negeri. Realita yang menggiriskan pun kembali ia temui. Ia menerima gaji namun angka yang tertera di kertas, jauh di atas nominal yang ia terima. Dan ia dipaksa nasib untuk membubuhkan paraf di kertas yang penuh rekayasa itu. 

Aku benci mendengarnya. Benci meilhat sahabatku yang dizholimi dan dikebiri haknya. Benci dengan sistem dan segala tipu daya pengagung dunia. Benci.

Aku hanya bisa menghibur sahabatku, bahwa rezeki Allah lah yang mengaturnya. Bahwa Allah Maha adil dan takkan meninggalkan hamba-hambaNya. Bahwa bersabar adalah obat segala-galanya.

Beberapa waktu lalu, aku mendengar kabar mengejutkan sekaligus menyenangkan. Sahabatku itu kini telah lulus PNS di salah satu kota Propinsi Sumatera Selatan. Murni. Tanpa sogokan yang dilakukan kebanyakan orang. Subhanallah… walhamdulillah… Semoga engkau senantiasa dalam lindunganNya, sahabatku…


Cerita Ketiga

Ia sahabatku, salah satu penggemar karya-karya anak Belitong yang nyentrik tapi menarik itu –Andrea Hirata- sama sepertiku. Pemikirannya biasa saja, namun kedewasaan dan kemauannya untuk terus belajar dari saiapapun tak mengenal usia, itulah yang menajdi daya tarik pribadinya.

Suatu saat, ia diuji oleh Allah. Di siang yang tenang, ia tengah membuat bakso, membantu bisnis mertuanya yang memang tengah berkembang. Entah kenapa, kali itu ia tak memakai sandal. Tak seperti biasanya. Beberapa saat kemudian setelah menggiling daging, tiba-tiba ia terpeleset. Mencegah jatuh, tangan kirinya reflek menggapai-gapai sekitar. Disinilah tragedi itu berawal, tangan kirinya yang tak terkendali itu masuk ke dalam mesin giling daging yang ternyata belum dimatikan.

Jari-jarinya mulai tertarik dan dilumat oleh besi-besi penggiling itu. Namun ia hanya bisa menjerit tanpa mampu mematikan mesinnya. Detik terus berjalan, mesin itu pun meremukkan jemarinya tanpa ampun. Orang yang melihat kejadian itu panik, hanya bisa ternganga, terdiam, tak kuasa menolongnya. Akhirnya, dengan menahankan rasa sakit, ia berusaha mematikan sendiri mesin itu. Dan bersaranglah keempat jari-jari tangan kirinya, terjepit di antara besi-besi. 

Semua orang akhirnya berkumpul membantunya, namun tak ada yang bisa dilakukan karena saat jemari itu ditarik, maka akan terasa perih yang sangat dahsyat. Tak ada jalan lain, mesin itu harus dibongkar. Perlu waktu 1 jam untuk mengeluarkan jemari itu. Dan setelah ditangani oleh dokter di rumah sakit tempatku dulu bekerja, butuh waktu 2 jam untuk menanganinya. Seperti yang diduga oleh rekan-rekan perawat yang mengerti tentang ini, akan ada kemungkinan-kemungkinan terburuk. Mengingat banyak sekali otot-otot kecil di jemari itu yang sudah berpindah satu sama lain, tak bisa disatukan lagi. Rangkanya pun telah remuk, seremuk hati sahabatku saat itu.

Saat menemuinya, hatiku ngilu. Namun ia masih tersenyum seperti biasanya. “Mungkin saya ini banyak dosa, dan Allah menjadikan ini sebagai jalan untuk mendapat ampunan dan hidayahNya”, ujarnya.

Ah, aku salut akan ketabahannya.

Sahabatku itu menjalani beberapa operasi. Dan kini, jemari tangan kirinya tinggal tiga, namun semangat hidupnya bertambah. Ia kini berbahagia dalam hidayah. Dua jarinya telah tiada namun kehilangan itu membuatnya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga.

Sewaktu pulang kemarin, mendapat kabar dariku bahwa aku membawa karya Andrea Hirata terbaru, Padang Bulan, ia mampir. Aku senang melihatnya ceria, semangatnya masih seperti dulu. Ia seolah telah lupa tentang kehilangan. Subhanallah… hidupnya tercerahkan dengan ujian.

Gambar diambil dari sini

Saturday, October 23, 2010

Kertas Hati



Mungkin, kertas kosong itu t'lah lama menantiku
Dalam keletihan, panjangnya penantian
Terkadang aku heran, mengapakah ia tak membiarkan pena lain?
Bukankah warna mereka penuh pesona?

Lalu aku pun mendengar lirih jawabnya, "Aku tak mampu berganti hati. Aku hanya ingin setia".


Gambar diambil dari sini

*Mengakhiri masa hibernasi*

Saturday, October 02, 2010

Tuesday, September 21, 2010

Perbedaan

Ada yang bilang padaku
Musik indah tercipta
Sebab berbeda irama
Berbeda nada

Ada pula yang bilang padaku
Panorama alam mempesona
Sebab berbeda rupa
Tak padan warna
Jika memang keindahan
Ada dalam perbedaan
Bantu aku temukan siratnya
Harmoni rasa di jiwa

Gambar diambil dari sini

Thursday, September 09, 2010

Maaf...

Ketika pintu hati terbuka
Hanya maaf dari jiwa
Yang bersenandung dengan indahnya kata
Di hari yang fitrah, smoga tercapai derajat takwa
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H
Taqabbalallahu minna wa minkum
Shiyamana wa shiyamakum
Mohon maaf lahir bathin...


NB : Semoga kita bertemu lagi dengan Ramadhan di tahun-tahun berikutnya, amiiin Ya Rabb...

Tuesday, September 07, 2010

Pahamilah Makna

Tahukah apa arti berbagi?
Berbagi adalah kebebasan
Bebas mengungkap semua
Semua kepenatan, jua keriangan

Tahukah apa makna bersama?
Bersama adalah kekuatan
Kuat menahan semua
Semua beban dan cobaan, agar ia ringan


Jika berbagi kita bebas
Maka apalah lagi yang membuatmu berat?
Jika bersama kita kuat
Maka apalah lagi yang membuatmu masih ingin sendiri?

Bukan ku tak tahu arti rahasia
Bahwa ada yang harus tetap terjaga
Sampai hari akhir tiba

Namun, mesti kau tahu
Kadang makna itu hilang tiba-tiba
Ditiup angin dingin utara
Begitu saja

Jika masih bisa kau baca
Pahamilah makna

Sumber gambar diambil dari sini

Wednesday, September 01, 2010

Kereta

 Gambar diambil dari sini
Dalam bilik kereta
Kutangkap sepasang mata
Tangis itu kulihat tak bertuan
Tersimpan dalam cendawan angan

Lelah bertanya, letih tertatih
Redup bayangnya menggantung sedih
Menerjang batin yang t'lah perih
 
***
NB : Sebenarnya puisi ini belum selesai, tapi telah lama menggantung dan tak mampu saya selesaikan. Adakah yang berkenan melanjutkannya? :D

Tuesday, July 06, 2010

Review "3 Hati Dua Dunia Satu Cinta"


Berawal dari keisengan nonton berita pagi di TV one sambil wara-wiri di tengah pelataran kos, ternyata ada sekilas obrolan tentang sebuah film yang mengangkat kisah cinta terlarang. Film yang diangkat dari dua novel karya Ben Sohib, The Da Peci Code dan Balada Rosid dan Delia ini menceritakan tentang kisah cinta berbeda agama. Namun, uniknya film ini akan dikemas dalam sebuah drama yang dilematis sekaligus kocak serta tanpa tendensi ke agama dan ras tertentu. Hmm... saya jadi tertarik, apalagi film karya Mizan Production ini menyajikan beberapa puisi-puisi WS Rendra (alm). So, saat itu memory saya yang terbatas ini akhirnya berhasil  merekam dengan baik, Premier 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta - 1 Juli 2010 - Harus nonton!
***

Hari Pertama di Bulan Juli

Di tengah pekerjaan yang tak habis-habis dan di sisa-sisa energi terakhir selepas pulang kerja, akhirnya saya putuskan untuk pergi nonton, walau sempat terbersit di pikiran untuk beristirahat saja di kos. Beruntung, ada salah satu teman kantor yang terprovokasi untuk ikut. Saya yang biasanya nonton sendirian dan selalu nyengir tak terdefinisi ketika sang penjual tiket memberi tiket dua lembar (padahal saya cuma nonton sendiri), akhirnya nonton berdua :D *sama temen cewek tentunya*(okok).



Baiklah, saya mulai saja reviewnya. 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta adalah sebuah film yang menceritakan tentang kisah cinta seorang pemuda nyentrik, rada slenge'an namun puitis bernama Rosid (Reza Rahardian) dengan seorang gadis manis berhati lembut, Delia (Laura Basuki).

Film ini diawali dengan adegan bermuatan konflik simbol dan budaya. Rosid yang berambut kribo (seperti sarang tawon, ada juga yang menyebutkan seperti beduk :D) selalu menolak abahnya (Pak Mansyur - Rasyid Karim) yang kekeuh menginginkan sang anak mengikuti budaya agama leluhur mereka untuk mencukur rambut kribonya dan memakai peci. Ada dialog yang cukup mengocok perut saya,

(Rosid menyembunyikan rambut kribo yang dibenci ayahnya, menutup kepalanya dengan semacam kain, menghadap sang Abah yang telah menunggu dengan wajah sangar)

Abah : "Buka!"
(Rosid membuka penutup kepalanya, lalu menyembullah rambut kribo itu :D Rosid pun menunduk perlahan...)
Abah langsung murka : "Astaghfirullah... Kapan Lu mau potong tuh sarang tawon?! Dasar anak Setan!!!" (sangar tapi terdengar kocak)
Rosid menjawab tenang : "Ya... kalo Ocid anak setan, berarti abahnya apaan donk...
(Si Abah langsung naik darah, dan melempar apa saja ke arah Rosid, yang tentu saja lemparannya selalu meleset) :D

Dan saya beserta seantero bioskop langsung terbahak... (lmao) *saya sesaat tersadar sembari mengedarkan pandangan, eh ternyata banyak juga yang nonton premier film ini* (okok).

Kembali ke cerita film, Rosid menentang pendapat ayahnya tentang simbol "peci" di dalam Islam. Di sini saya melihat sosok Rosid sebagai seorang anak yang cukup berani dalam mengutarakan pendapat, walaupun itu bertentangan dengan pendapat orangtuanya. Yeah, as we know... kebanyakan kita hanya bisa terdiam jika telah berhadapan dengan orangtua. Pesan yang ingin disampaikan dalam simbol "peci" ini cukup tervisualisasi dengan baik. Dan tentu saja tersirat dengan halus karena banyak dibumbui oleh humor-humor yang asyik.

Kisah asmara Rosid dan Delia pun akhirnya tercium oleh kedua orangtuanya. Perbedaan agama dan budaya membuat hubungan mereka menjadi dilematis. Rasa cinta terhadap kekasih bertarung dengan rasa cinta dan sayang terhadap orangtua dan keluarga. Berbagai cara dilakukan oleh kedua orangtua masing-masing untuk memisahkan pasangan kekasih ini, namun tetap saja tidak berhasil.

Lalu, timbullah ide untuk menjodohkan Rosid pada seorang gadis cantik berjilbab bernama Nabila (Arumi Bachsin), putri dari sahabat ayah Rosid. Namun, Nabila yang mengagumi puisi-puisi Rosid pada akhirnya tahu, bahwa hati Rosid telah tertambat pada Delia. Jalan ini pun tak kuasa memisahkan cinta Rosid dan Delia.

Pada akhirnya, di tengah konflik, kepiluan dan kepayahan hati yang didera kedua keluarga (baik keluarga Delia maupun Rosid), kedua orangtua mereka menyerah. Namun tak disangka, di saat itu pula... Rosid dan Delia tersadar, bahwa kisah cinta mereka hanya akan menyakiti keluarga masing-masing, dan memasuki gerbang pernikahan bukanlah hal yang bisa diputuskan begitu saja tanpa pertimbangan mendalam. Dari adegan film, saya mencerna sosok Delia yang akhirnya menyadari, bahwa apalah artinya sebuah kebahagiaan jika hal itu menyakiti orang-orang yang kita kasihi. Rosid pun sependapat, akhirnya mereka berdamai dengan hati masing-masing, dan tetap bersahabat baik.

Di akhir film, ada sebuah epilog, diceritakan bahwa Rosid, Delia, maupun Nabila pada akhirnya menemukan jodoh mereka masing-masing, tentu saja dengan jalan skenario yang berbeda-beda.

Ada sebuah quote yang saya kutip di akhir epilog, yang kurang lebih kalimatnya begini :

"Hidup, nasib, cinta... siapa yang tahu"

Sebuah ending yang manis. ^_^


Beberapa poin buat film ini :
  • Banyak pesan-pesan moral yang tersirat namun mungkin tidak bisa dicerna dengan  cukup baik. Balutan humor yang khas di antara dilematis cerita menjadikan penonton mengalami banyak perubahan emosi dalam waktu yang relatif singkat. Misalnya, saat ingin menangis karena terharu, sekonyong-konyong langsung ada adegan atau dialog lucu. Makanya di film ini saya hanya bisa berkaca-kaca tanpa sempat meneteskan air mata. :D
  • Terlihat bahwa puisi-puisi yang dihadirkan di dalam film ini didedikasikan untuk Almarhum WS Rendra. Salah satu puisi yang cukup menggetarkan adalah puisi yang berjudul "Kangen". I love this poem. Berikut petikannya : 
    Kau takkan mengerti bagaimana kesepianku
    Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
    Kau takkan mengerti segala lukaku
    Karena cinta telah sembunyikan pisaunya

      Membayangkan wajahmu adalah siksa
      Kesepian adalah ketakutan dan kelumpuhan

        Engkau telah menjadi racun dalam darahku
        Apabila aku dalam rindu dan sepi
        Itulah berarti,
        Aku tungku tanpa api

        ~ WS Rendra ~

          • Kenekatan Pak Rosid yang terus-menerus terjebak memakai cara khurafat menurut saya tidak lazim, harusnya Pak Rosid bisa mengambil pelajaran dan tidak tertipu berkali-kali. :D 
          • Jokes yang dihadirkan di film ini cukup kreatif. Sama sekali tak terduga. (applause) Hanya saja, kadang-kadang terasa tidak masuk di akal. Misalnya, sewaktu si Abah mengungkapkan kesedihannya sekaligus menyerahkan sepenuhnya keputusan pada Rosid, di saat itu juga Abah langsung mengutarakan jokes yang berlawanan dengan atmosfer film yang sedang terjadi, "Cid, udah jadi puisi buat Abah?" Sontak saja, kata-kata Abah dengan intonasi yang khas itu membuat seisi bioskop tertawa. (Ceritanya, di film ini Rosid membuatkan sebuah puisi untuk ibunya. Namun si Abah cemburu dan ingin dibuatkan puisi juga oleh Rosid :D)

          Sebenarnya ada beberapa adegan yang menurut saya tidak perlu ditampilkan, karena cukup mengganggu atmosfer alur cerita. Hanya saja, saya menangkap hal itu sebagai pelengkap yang ditujukan agar penonton ikut berpikir. ^_^ Yeah, overall, film ini menurut saya sudah cukup berhasil dikemas dengan baik, mengingat tema yang diangkat sangatlah sensitif. ;)

          NB : Maaf penjabarannya kurang lengkap dan mendalam, maklum RAM saya sedang proses recovery. :D

          Saturday, July 03, 2010

          Sejenak Lagi

           
           
          Hujan...
          Aku tahu arti dirimu
          Ku mengerti akhir muaramu
          Namun kumohon kali ini
          Jangan menderas disini

          Aku masih butuh hangatnya mentari
          Sejenak lagi
           
          *kala mendung menyapa*

          Gambar diambil dari sini

          Wednesday, June 16, 2010

          Analogi Kreasi

          Saat kau menciptakan sesuatu, idemu bernyanyi, kreativitasmu menari, inovasimu memainkan melodi. Namun kemudian otakmu membelahnya, mencercanya, lalu bahkan mungkin menghancurkannya hanya demi sebuah tujuan bernama kesempurnaan. 

          Seorang pelukis, mungkin saja akan menghapus seluruh lukisan yang telah begitu susah payah dibuatnya, lalu mengubah semuanya menjadi warna hitam, gelap. Sesaat kemudian, ia lalu mengukir kembali tanpa ragu, tanpa menyesali kekeliruan karya sebelumnya yang ia pikir tak sempurna. Namun, berminggu kemudian lukisan yang kelam dan gelap itu berubah menjadi sebuah karya indah penuh warna, megah.

          Seorang pembuat mainan, tentu akan senang bila karyanya membuat orang lain puas dalam senyum dan tawa. Karena itu, ia tak lepas dari cara-cara briliannya untuk memenuhi setiap ekspektasi. Ia membuat desain, menciptakan sesuatu, lalu menghidupkannya. Namun, seringkali terlihat ia meratapi hasil ciptaannya. Tak puas. Belum sempurna. Serta-merta ia mengubah mainan itu. Ia merusak konsepnya, memotongnya, melepaskan aksesorisnya satu-persatu, bahkan menghancurkannya sama sekali, hanya untuk membuat satu perubahan; menjadi lebih baik, lebih sempurna.

          Seorang ilmuwan, bisa saja sewaktu-waktu membanting keras mesin hasil percobaannya. Kesal, marah, semuanya tertumpah. Namun di hati kecilnya, tentu ia sadar sepenuhnya bahwa yang ia lakukan hanyalah disebabkan karena semua itu belum sempurna, belum menjadi seperti yang benar-benar ia inginkan. Di tengah kondisi psikis yang labil itu, ia tak kehilangan akal sehat. Seburuk dan sehancur apapun percobaannya yang gagal, ia akan ikhlas untuk memulai lagi, dengan konsep yang lebih baik, dengan teknik yang lebih sempurna. 

          Begitu juga Tuhan, yang telah menciptakan kita dengan wujud yang sebaik-baiknya. Namun, secara bertahap kita akan merasa bahwa Ia mulai melukai, menyiksa, bahkan menghancurkan kita. Kita tak tahu, kita tak paham maksud dari semua itu. Kita sedih, kita tak nyaman, kita protes, bahkan mungkin kita akan menjadi apatis pada Yang menciptakan kita. 'Untuk apa saya diciptakan bila hanya untuk mengalami kepedihan dan siksaan?' Mungkin pertanyaan semacam itulah yang akan muncul di kegelapan benak kita.

          Mungkin... pelukis punya jawabnya, pembuat mainan punya jawabnya, ilmuwan punya jawabnya, 'Itu semua agar dirimu menjadi lebih baik, lebih sempurna seperti yang kuharapkan. Biarlah kau kuhancurkan, biarlah dirimu terlihat seperti sampah, namun pada saatnya nanti... kau akan kubuat menjadi indah'.

          Akan tiba suatu masa ketika kita teriris, hancur, dan tersiksa. Namun, ingatlah saja satu hal. Bahwa mungkin Ia Yang di atas sana sedang merancang indah dirimu, lebih dari yang sekadar pelukis, pembuat mainan, dan ilmuwan lakukan.

          ***

          June 16th, 2010, 00.41 am.
          *inspired by a flash thought in the middle storm of my mind*
          Gambar diambil dari sini

          Tuesday, June 15, 2010

          Teropong

           
          Ia jauh
          Tapi mampu kau dekatkan

          Ia tersembunyi
          Tapi sanggup kau intip

          Ia terhalang batas indera
          Namun bisa kau terka

          Ah, andai aku punya teropong...
           
          Gambar diambil dari sini

          Monday, June 14, 2010

          Harap yang Sederhana

          Tuhan...
          Bolehkah aku memohon satu hal kecil padaMu?

          Biarkanlah aku tetap berjalan dalam harapku
          Harapku yang memang hanya sederhana

          Sekeras apapun ombak itu menghantam karangku
          Sedingin apapun salju itu menggigit kulitku
          Takkan berguna karena ia t'lah membaja
          Takkan berhasil karena ia t'lah membeku



          Waktu memang akan membunuhku
          Kejam, diam-diam

          Senyum,
          Anggap saja itu tak ada
          Jika kau lihat ini raga
          Jiwa itu telah sakit, lama

          Tuhan...
          Bila nanti tiba pada suatu masa
          Masa dimana diriku t'lah tiada
          Ukirkanlah padanya, senyum indah merona

          Sumber gambar diambil dari sini.

          Wednesday, June 02, 2010

          Amprokan Blogger 2010 Bag 5 : The Fabulous Five! (Tamat)

          The Fabulous Five!
          (dari kiri : Pradna, Cici Silent, Quinie a.k.a Ratu, iLLa, Dhodie)

          Sebelum menjabarkan kisah persahabatan ini, ada baiknya saya nyanyi dulu :D

          Persahabatan bagai kepompong
          Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
          Persahabatan bagai kepompong
          Hal yang tak mudah, berubah jadi indah...
          Persahabatan bagai kepompong

          Maklumi teman, hadapi perbedaan...

          Di dunia maya(t) inilah kisah ini berawal. Semua terjadi begitu saja. Kami berlima berteman, berbagi cerita, suka-duka, tangis, canda, tawa... Alhamdulillah kami berlima akhirnya bisa kopdar di acara Amprokan Blogger Bekasi. Mengenang kisah persahabatan ini, membuat saya sesekali tersenyum geli. Terkenang kembali, bagaimana sejarah saya berkenalan dengan sahabat-sahabat unik ini. :D So, Mari kita ulas satu persatu.

          Ehm, untuk mempersempit kemungkinan perdebatan yang diakibatkan oleh prioritas urutan (deuh, kalimatnya :D), maka dari itu... saya akan memulainya berdasarkan urutan abjad saja. ;)

          Dhodie a.k.a Dodi Mulyana

          Saya mulai mengenal beliau ini dari Plurk di masa-masa awal eksistensinya sebagai jejaring sosial di dunia maya kira-kira menjelang akhir tahun 2008. Ada insiden di Plurk waktu itu yang membuat Bapak Ketua deBlogger ini jadi naik setingkat darahnya. :D Tret saya tentang rokok yang songong dan kaku itu sontak saja jadi perhatian para plurkers, termasuklah Bapak yang satu ini. :D Tapi, walaupun ada insiden yang sempat membuat hati tidak enak itu, kami tetap berteman... dan masih saling menyapa via plurk. :D

          Kira-kira pertengahan Oktober 2009, saat saya memutuskan untuk hijrah dari Jogja ke Depok, sahabat yang satu ini, berbaik hati membantu saya. Walaupun itu hanya sekadar informasi jadwal kereta, tapi sangat membantu saya. Karena pada saat itu saya benar-benar sendiri dan tak tau harus minta bantuan siapa, walau pada akhirnya saya tidak jadi ke Depok karena skenarioNya. Saat harus menggelandang ke Jakarta pun, saya sempat ditawari lowongan pekerjaan, walau pada akhirnya juga belum rejeki. :D Selama masa-masa sulit itu, sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap bekerja di tempat yang sekarang... sobat satu ini sangat membantu, karena tidak ada hal yang paling berharga selain support, semangat, dan do'a dari seorang sahabat.

          Belakangan saya tahu, ternyata saya memiliki banyak kesamaan dengan sosok melankolis tapi ga mau ngaku ini. Penggila hijau, suka fotografi, pengapresiasi puisi (kalo saya mah entah kenapa makin kerasukan suka bikin puisi), dan "keras kepala" dalam idealisme.

          Bagi saya, bersahabat dengannya adalah sebuah potongan mozaik hidup. Betapa tidak, saya hanyalah orang udik... yang sama sekali tak pernah membayangkan bisa bersahabat baik dengan makhluk keren semacam ini. (terpaksa harus saya akui, haha) Ya... secara sebelumnya, saya adalah wong ndeso, yang miskin ilmu dan gagap geografi... lalu harus berkelana dan mengunjungi begitu banyak tempat dalam waktu yang relatif singkat.

          Dhodie, saya mengenalnya sebagai seorang yang tidak banyak bicara, tapi kebaikan hatinya telah menceritakan banyak hal. Ia sering tak terlihat, tapi selalu muncul di saat yang tepat. Bagi saya, ia memiliki banyak stok kebaikan terpendam di dalam hatinya.

          Dhodie : "Silent Kindness"


          iLLa a.k.a Nurfadhilah Nurdin 
          Saya benar-benar tak menyangka bisa bersahabat dengan gadis Makassar satu ini. Lagi-lagi berawal dari blog dan Plurk, waktu itu iLLa begitu penasaran dengan cerita perantauan saya. Memang skenario Allah yang mempertemukan kami, saat itu liburan Idul Adha, kebetulan iLLa sedang mengunjungi Kakaknya yang di Jakarta, lalu kita kopdar. 

          Kesan pertama kali saya bertemu iLLa bisa dilihat di disini dan laporan kopdar versi iLLa bisa dilihat disana. Yang pasti... sobat yang satu ini selalu memberikan keceriaan tersendiri. Entah itu lewat kata-kata atau sikapnya. Awalnya saya merasa kurang nyaman, karena eh karena (merusakkan pikiran... *eh salah, itu lagu Rhoma yak* :p) Terutama karena si ibu ini suka menuliskan kata-kata tidak sebagaimana mestinya. (haha) Bisa dicek sendiri saat bertandang ke rumahnya atau lebih terasa lagi kalo sering chat. Saya selalu tergelak dan tertawa karena kata-kata yang tidak sebagaimana mestinya itu. Misalnya, 'ajegile', 'ngubrul', 'wedeww', 'gitcyuu', 'ebuseng', 'bubu', 'hyaelahh', 'huweehh', `beut` dan sebagainya. :D Saya yang waktu itu gatek dalam hal bahasa gaul begini, menjadi sering nyengir karenanya. But, lama-kelamaan... saya jadi ketularan juga style "Makassar"nya iLLa, xixixi. :p

          iLLa adalah seorang sahabat yang peduli dan perhatian. Di balik kata-kata kocak dan ngebanyol-nya itu, ada hati yang begitu lembut... yang tulus ikhlas berbagi kasih dengan semua sahabat terdekatnya. Anak rantau Surabaya ini juga teliti ternyata, ya... walaupun saking telitinya sampai typo-typo orang di tret, comment, or postingan tak luput dari omelannya. :D Nah, Okkots-er Handal ini juga berbakat jadi wartawan. Jadi, hati-hati jika berbicara dengannya... bisa-bisa semua rahasia Anda terbongkar... hahaha. (rofl) Beruntung saya dianugerahi bakat detektif, jadi saya sudah bisa mendeteksi pertanyaan-pertanyaannya yang menjurus ke sana, lalu memasang blokade. (haha) Yang membuat saya suka kesal sendiri adalah, ternyata saya juga seringkali tak berhasil memancing iLLa bercerita. *ougggh*

          Walau saya belum begitu lama mengenal seorang iLLa, tapi ia telah menjadi sahabat yang mewarnai bilik-bilik hati. Entah kenapa, seolah saya telah mengenalnya sejak lama. ^_^ iLLa, memiliki stok perhatian dan kepedulian terpendam di dalam hatinya.

          iLLa : "Silent Attention"



           Pradna a.k.a. Pradna Paramita

          Saya mengenal sahabat yang satu ini juga lewat Plurk dan Linux. Waktu itu saya begitu tak percaya, 'Masa sih Linux ini gratisan?' mengingat si Jendela sangat komersil. Atas usaha gigihnya dalam berpromosi, akhirnya saya kepincut juga. Dan ternyata memang Linux sangat istimewa dengan segala pernak-perniknya. 

          Berkat seorang Pradna pula, saya jadi bisa mengubah pandangan saya terhadap komik. Bahwa ternyata ada banyak hal-hal yang positif di dalamnya bila diulas dari sudut yang berbeda. Bahwa betapa pentingnya memandang segala sesuatu dari berbagai sisi.

          Tertawa, adalah satu hal yang pasti akan anda alami jika berinteraksi dengannya. Pradna, saya mengenalnya sebagai seorang yang memiliki sense of humor yang unik, namun di balik itu ada kekuatan yang tersimpan rapi di dalam dirinya. 

          Pradna : "Silent Strength"





          Quinie a.k.a. Ratu

          Saya sudah cukup lama mengenal Mbak Quinie ini. Sejak zaman baheula awal-awal ngeblog kira-kira tahun 2006-2007 silam. Waktu itu para blogger masih musim timpuk-timpukan PR. :D 

          Saat merantau dan menggelandang ke Jakarta, saya sama sekali tak menyangka akan bertemu beliau. What a small world. Ternyata keramahan dan keceriaan khas Mbak Ratu bukan hanya di dunia maya(t), tapi juga di dunia nyata. Entah kenapa, setiap saya berinteraksi dengannya, saya seolah-olah tercelup ke dalam sebuah warna-warni pelangi; rame, cerah, seru! 

          Ratu, saya mengenalnya sebagai seorang yang periang. Berada di dekatnya membuat hati selalu ceria seolah tak pernah sedih sedikitpun. 

          Ratu : "Silent Happiness"


          Pfuih.... akhirnya postingan yang telah nyaris menjadi fosil ini tuntas sudah. Maafkan jika terendap lamaaaaaaa sekali. (worship)

          Monday, May 31, 2010

          Gitarku Kelu

          Jika saja ku bisa berlari
          Mungkin t'lah lama kutemui damai hati
          Namun tidak
          Aku hanya bisa bersembunyi
          Menatap lekat dari kejauhan
          Pada sejarah mimpi-mimpi

          Kukira aku mampu berpaling
          Semudah langit berganti wajah
          Namun keliru
          Aku hanya membuatnya makin menderu
          Menyimpan kata sebait lagu
          Pada nada-nada rindu


          Dalam sulut raga jiwa
          Mungkin semua itu perlu
          Entah kini atau dulu
          Sebab gitarku kelu

          Gambar diambil dari sini

          Thursday, May 27, 2010

          Bertahan

          Entah sampai kapan
          Kata 'kan mengalir perlahan
          Bergemericik di sungai jiwa yang letih
          Muaranya tak bernama


          Mungkin nanti
          Saat kata itu tak ada lagi
          Yang ia tahu hanya satu
          Bertahan...
          Agar tak henti
          Bertahan...
          Agar tak mati
          Gambar diambil dari sini

          Wednesday, May 12, 2010

          Pinta Air Mata

          Sebenarnya aku t'lah begitu lelah...
          Mengalir di tepian matamu
          Menderas sebab sesaknya dadamu
          Membuat sedu sedan wajahmu


          Sebenarnya aku t'lah begitu ingin...
          Sekadar beristirahat sejenak
          Mengumpulkan kembali sisa-sisa energiku
          Agar kelak menjelma, hanya karena bahagia

          Sebenarnya aku t'lah begitu rindu...
          Melihat senyum manis itu
          Yang terukir ikhlas di wajahmu
          Bukan senyum kegetiran, tanpa lagu...
          ***
          Gambar diambil dari sini.
          *untuk seseorang yang tengah berduka*  "Menangislah, namun jika tiba saat tersenyum, tersenyumlah dengan indah."

          Monday, May 10, 2010

          Cobalah

          Cobalah,
          Tersenyum pada mentari
          Mungkin hangat sinarnya 'kan menghapus gundahmu
          Mungkin nyala terangnya 'kan melipur laramu

          Cobalah,
          Angkat wajahmu pada langit
          Mungkin megahnya 'kan menyapu air matamu
          Mungkin indahnya 'kan menghibur hatimu


          Cobalah,
          Beri jeda pada waktu
          Agar sang fajar 'kan lebih lama menemanimu
          Menyemai rasa rindu

          Thursday, May 06, 2010

          Sayap Kata

          Wahai kata-kata... izinkan ku terbang bersama sayapmu
          Mengarungi angkasa makna di langit nan biru
          Merentang jiwa pada luasnya rindu
          Menghirup nafas bait nan indah dalam sejuk anginmu



          Tiba-tiba Kata berbisik, "Sayapku kecil... takkan sanggup membawamu kesana."
          Aku tersenyum seraya menjawab, "Tak apa, tolong bawa aku... meski aku akan jatuh sebelum sampai di sana."

          ***

          Kata yang lain berujar, "Sayapku luas... kau bisa naik kapan pun dan ke mana pun kau mau."
          Aku tersenyum datar, lalu berkata, "Ingin... sekali kucoba tuk bersandar padamu, tapi maaf... sungguh aku tak mampu."
          Kata itu bertanya heran, "Mengapa dikau tak mampu? Tidakkah kau mau mencoba? Lihatlah sayapku ini..."
          Aku terdiam sebentar, lalu menjawab dengan tatapan mata yang nanar ke angkasa... "Ah... aku tak ingin sayap yang luas... karena mungkin akan sulit bagiku, menemukan makna dibalikmu."

          Monday, April 19, 2010

          First Trip to Bandung

          Sejak dulu, jauh sebelum perantauan saya ke Jakarta, saya begitu penasaran dengan Kota Bandung. Kota yang menurut cerita teman-teman saya, cukup sejuk... asri, dikelilingi perbukitan, mirip dengan Kota Pagar Alam tempat kelahiran saya. Dan, komentar orang-orang yang ditanya tentang kesan pertama kali ke Pagar Alam pun biasanya, "Mirip Bandung! Tapi disini lebih dingin" :D

          Setelah merantau ke Jakarta, ingin... sekali rasanya main ke Bandung. Begitu banyak nama-nama menakjubkan di kepala saya yang berhubungan dengan kata "Bandung". Pertama, Daarut Tauhid. Saya begitu mengagumi sosok-sosok ulama di sana, ingin sekali rasanya bertemu muka dengan mereka. Teh Ninih yang luar biasa..., Aa Gym yang cukup memberi pengaruh pada hidup saya dengan ilmu Manajemen Qolbu-nya, lalu Pak Amri Knowledge Enterpreneur, yang sering berkeliling Indonesia dengan sepedanya. Kedua, sang penulis Tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata. Jujur saja, terlepas dari kontroversi tentang beliau, karya-karyanya (khususnya Sang Pemimpi dan Edensor) cukup mempengaruhi hidup saya, terutama saat saya merantau ke pulau Jawa. Banyak sekali hal-hal yang tak terbayangkan yang saya temui saat berpetualang ke berbagai tempat dan berjumpa orang-orang dari berbagai suku dan daerah. It's awesome! Saya sering membayangkan, suatu saat tiba-tiba saya bertemu dengan Andrea Hirata di angkot atau saat berjalan di keramaian. Penasaran saja, bertemu dengan sosok yang memiliki pengalaman dan petualangan hidup yang begitu menakjubkan, merasakan pancaran aura semangat mereka.

          Akhirnya, kesempatan itu datang. Kemarin, tepatnya 18 April 2010. Alhamdulillah, saya diberi rizki oleh Allah dapat bersilaturrahim ke Bandung, mengunjungi saudari seiman, Teh Desi a.k.a Hauri. Walaupun sebenarnya hari itu saya ada agenda penting, tapi bersilaturrahmi tak kalah penting. ^_^

          Pukul 07.25 am
          Berbekal imaji yang disajikan Mbah Google, dengan menumpangi bis Patas 44 Ciledug - Senen, saya menuju Stasiun Gambir. Seperti biasa, karena masih pagi... bis melaju sangat lambat, mengantisipasi para penumpang yang ingin menggunakan jasanya.

          Pukul 07.48 am
          Bis belum menunjukkan tanda-tanda untuk memacu kecepatannya. Saya mulai khawatir, bisa-bisa saya nelat dan ketinggalan kereta. Karena menurut jadwal, pemberangkatan kereta menuju Bandung pagi ini pukul 08.30.

          Bis terus melaju dengan kecepatan yang saya taksir hanya sekitar 20km/jam. Lalu mulai ada pengamen yang beraksi. Namun tak seperti biasanya, kali ini aksi sang pengamen tidak jadi pusat perhatian saya karena saya begitu khawatir datang terlambat ke stasiun, ketinggalan kereta, lalu harus mencari alternatif lain menuju Bandung. Tapi, lama-kelamaan Pak Sopir ngebut juga :D *alhamdulillah*

          Pukul 08.01 am
          Bis akhirnya tiba di seputaran Thamrin, di sini mulai banyak penumpang yang turun. Lalu, saya bertanya pada seorang ibu yang duduk di sebelah saya, "Stasiun Gambir belum lewat kan, Bu?" Sang Ibu menjawab dengan senyum manisnya, "Belum Neng, nanti saya kasih tahu." Alhamdulillah, nih Ibu baik banget. ^_^ Tak lama kemudian, turunlah saya di tempat yang direkomendasikan ibu itu. Karena orang-orang terlalu crowded dan masih khawatir ketinggalan kereta, saya masih ragu-ragu memasuki pintu gerbang. Saya sempat berpikir, 'Wah, kalo ini bukan stasiun Gambir dan ternyata saya malah nyasar, gawat!' Akhirnya saya bertanya pada seorang Bapak yang lewat,

          Saya : "Pak, maaf numpang tanya, ini bener stasiun Gambir kan?" (asking like a stupid people :P)
          Si Bapak : "Iya bener." (Oh, nice...)
          Saya : "Kalo jalan masuknya lewat mana Pak?" (mengantisipasi kemungkinan nyasar)
          Si Bapak : "Wah, saya ga tau Neng. Saya ga pernah masuk stasiun."
          Saya : *bergumam dalam hati* 'Lho, kok?!!!' (Gubrakks!) "Oh gitu, gapapa, makasih ya Pak", sahut saya sekenanya sembari menjauh pergi meninggalkan Bapak itu. :D

          Lalu saya menggunakan intuisi, di saat-saat seperti ini biasanya memang intuisi yang bisa diandalkan. Saya melangkah mengikuti kata hati, menuju jalan setapak di dekat parkiran mobil yang terlihat dari jauh. Dan ternyata, alhamdulillah... ternyata benar, ini Stasiun Gambir! :D (Dasar Ndeso! :P) Imaji-imaji yang saya rekam dari Mbah Google pun mulai tampak, tempat membeli tiket, koridor-koridor, dan kesan hijau yang menyejukkan dari keseluruhan bangunan stasiun ini.

          Saya bersegera antri membeli tiket, apapun terserah yang penting saya bisa berangkat ke Bandung pukul 08.30. Saat ditanya oleh petugas tiket, pola ingatan saya tertukar antara `Bisnis` dan `Eksekutif`. Sebenarnya maksud saya ingin membeli tiket kereta bisnis, tapi saya malah bilang yang eksekutif. Walau harganya lebih mahal, saya nggak 'ngeh', saya berpikiran, 'Ooo, mungkin harga tiketnya naik atau mungkin saya yang salah lihat harga tiket'. *parah* :P Dan sampai kereta akan berangkat pun saya masih belum sadar bahwa saya salah pilih tiket. (doh) *entah efek apa*

          Pukul 08.45 am
          Menuju peron sesuai dengan yang tertera di tiket, masuk ke dalamnya, lalu melihat semua yang serba lux, barulah saya tersadar... 'Walah... mestinya tadi saya beli tiket bisnis! Puantesss!' (doh) :D Tapi, gapapa lah sesekali nggak merakyat, siapa tahu ada hikmahnya buying executive ticket by accident. (haha)

          Saat menemukan tempat duduk sesuai tiket, saya kaget! Di sana ada laki-laki muda yang sedang merapikan perlengkapan bayi. Sang bayi pun, tertidur pulas di atas jok empuk peron eksekutif. Lalu saya bertanya memecah kebingungan, "Maaf, 6B di sini kan?" Lalu ia menjawab sambil kerepotan menggendong sang bayi, "Oh, iya Mbak, maaf... silakan." Melihat bayi yang kecil mungil itu, ingin... sekali saya menggendongnya. *konyol* (doh) Tapi, saya langsung teringat pertanyaan yang semestinya sejak tadi saya tanyakan, "Lho! Ibunya kemana???" Melihat gelagat dan rona mukanya setelah mendengar pertanyaan saya, saya langsung bisa menduga, sepertinya ada permasalahan rumah tangga. (okok) Lantas ia menjawab sekenanya, "Ibunya lari ke Bandung...", sembari me-ninabobo-kan bayi itu. 'Masya Allah....', saya bergumam dalam hati.

          Pukul 09.00 am
          Kereta berangkat, menggumam sebaris do'a. Lamat-lamat terdengar suara di samping saya, lelaki tadi berbisik kepada anaknya, berkomunikasi dan mengajak anaknya berdo'a. Oh, it's so nice...

          Dalam perjalanan, seperti biasa... yang paling asyik adalah melihat dan mengamati sekitar atau membaca buku. Tapi, baru beberapa halaman saya baca. Kerepotan Sang Ayah di sebelah saya begitu menarik perhatian. Terlihat sekali, betapa canggungnya dia melakukan semua itu, memberi susu dari sebuah dot kecil, menggendongnya sedemikian rupa, sesekali merapikan kain yang menyelimuti anaknya, mengobrol, bahkan bernyanyi. Semua pemandangan itu, tentu saja tidak berhasil membuat seorang Cici Silent untuk tetap silent. Saya menginterogasi Sang Ayah ini, apa yang terjadi hingga membuat Sang Ibu nekat meninggalkan anaknya. So, setelah bertanya-tanya barulah saya paham... Ternyata ibu sang anak 'ngambek' karena masalah yang sepele, dan penyebabnya adalah komunikasi yang tidak baik di antara mereka. *pfuiiiih* Saya jadi teringat dengan petuah salah satu sobat di dunia maya, bahwa memang kunci kebahagiaan rumah tangga adalah Kepercayaan dan Komunikasi. Ini salah satu hikmah yang saya dapatkan dari kejadian ini. Dalam hati saya berharap, 'Ah, semoga ibunya sadar, dan bayi itu bisa kembali ke pelukan hangat sang ibu. Amiin.'

          Semakin dekat menuju Bandung, mulai terlihat banyak pemandangan indah di sisi kiri - kanan kereta. Subhanallah...sawah, bukit, sungai, kebun... Ah, membuat saya rindu kampung halaman.

          Pukul 12.17 pm
          Alhamdulillah... akhirnya tiba juga di Stasiun Bandung. Teh Desi sudah menanti di sana. Sejak tahu kabar beliau sakit tempo hari, saya jadi begitu penasaran bagaimanakah kondisi sahabat yang satu ini, apalagi beliau sudah berhenti plurking, jadi sering tak tahu kabarnya.

          Akhirnya, kita bertemu! Alhamdulillah... Lalu, pembicaraan mengalir begitu saja, walau baru pertama kali bertemu di dunia nyata, tapi subhanallah... rasanya begitu dekat. It's amazing.

          Siang itu, kita keliling-keliling kota Bandung. Dan benar adanya, udara di Bandung cukup sejuk... polusi udara juga tidak separah di Jakarta. Masih banyak pepohonan rindang yang terlihat di tepi-tepi jalan. Hanya saja, cukup banyak pula jalanan yang rusak. Hmm... semoga Pemerintah Kota Bandung cepat tanggap melihat kondisi ini.

          Ba'da Ashar
          Setelah makan dan ngobrol sebentar, kami kembali menyusuri jalanan Kota Bandung menuju Daarut Tauhid (DT). Wah... like a dream comes true. Tidak menyangka saya bisa ke DT! Subhanallah...

          Sesampainya di DT, saya langsung takjub. Takjub dengan suasana lingkungan di sana, takjub... bahwa saat itu saya bisa saja bertemu dengan sosok-sosok itu! Aa Gym dan Teh Ninih...

          Muslimah Center (Sebelah rumah Aa Gym)


          Setelah melihat-lihat sejenak, kami berencana untuk bersilaturrahim ke rumah Aa Gym. Semoga saja beliau ada dan mau menerima kami sebagai tamu tak diundang. Tapi, sekonyong-konyong... tiba-tiba saja Teh Desi mengejutkanku, "Lha... itu Aa Gym, Teh!", sembari menunjuk ke mobil yang lewat di depan saya. (woot) Saya sempat melihat beliau sepintas, lalu beliau melaju perlahan dengan mobilnya. Kami sempat mau mengejar beliau, siapa tahu beliau hanya mau menuju tempat di dekat sini, tapi... kami sadar, itu konyol! (haha) :D Akhirnya, kami berbalik, dan menuju ke rumah Aa Gym, berharap Teh Ninih ada di rumah.

          Entah apa yang menggerakkan kami untuk menuju ke sana, tapi... alhamdulillah, walau rasanya sulit dipercaya, ternyata Teh Ninih mau menerima kami sebagai tamunya (yang tak diundang). :D Subhanallah...

          Kami dipersilakan menuju ruang tamu sederhana di belakang rumahnya, menunggu beliau istirahat sejenak selepas mengisi kajian di suatu tempat. Menatap rumahnya yang sederhana, nyaman, rapi... membuat hati saya terenyuh. Benar-benar tak menyangka saya bisa bertamu ke rumah ini.

          Berfoto sembari menunggu Teh Ninih (editted by hauri)


          Sederhana berhias cahaya ilmu
          *Subhanallah... kapan ya bisa punya perpustakaan pribadi seperti ini?*


          Beberapa saat kemudian, keluarlah sosok fenomenal itu, Teh Ninih Muthmainnah, yang selama ini hanya saya lihat di TV, yang selama ini kata-katanya hanya bisa saya dengar lewat tulisannya, subhanallah... bisa berjabat tangan dan akhirnya berbincang langsung dengan beliau.

          Berhadapan dengan Teh Ninih, aura keimanannya sungguh terasa. Belum apa-apa, beliau sudah menguraikan kata-kata lembut penuh hikmah, dan begitu dalam... Berkomunikasi langsung dengan beliau membuat saya malu dan grogi, ah...apalah artinya saya ini. Tapi, sebuah anugerah dan nikmat yang tak ternilai dari Allah... saya bisa bersilaturrahim dengan seorang muslimah luar biasa seperti Teh Ninih.

          Di sini, walau dengan waktu yang sangat terbatas, kami mendapatkan begitu banyak ilmu dari beliau. Terutama yang terngiang-ngiang di benak dan hati saya adalah tentang makna cantik. Beliau bilang, "Cantik lahir itu teh sudah ada jatahnya, ada yang dikasih 20%, ada yang 50%, bahkan ada yang 100%. Dan cantik lahir, kita tidak bisa memilih, kita terpilih." 'Hmm....', saya menyimaknya dengan seksama. Lalu, beliau melanjutkan dengan guyonan dan tawa khasnya, "Ah, tapi khan sekarang ini untuk cantik lahir mah gampang atuh, tinggal ke salon bisa cantik." :D Kemudian, dengan tutur katanya yang halus lembut itu beliau meneruskan, "Cantik itu memang relatif. Dan cantik lahir sudah ada jatahnya masing-masing. Tapi, kalau cantik bathin... semua wanita bisa mengejarnya!" Wow! Seperti ada yang menembus halus ke dalam hati, kata-katanya dahsyat!!! Kami berdua terdiam lama, takjub... speechless.

          Beliau melanjutkan, memberi petuah-petuah hidup yang sungguh bermakna bagi kami berdua. Rasanya seperti mimpi, dan saya masih belum bisa percaya... subhanallah, saya ketemu Teh Ninih dan berbincang seperti ini. Betapa sebuah keajaiban dan anugerah dari Allah, it's very awesome! Walau tak lebih dari satu jam, saya telah bisa merasakan betapa Teh Ninih memiliki hati seluas dan sedalam samudera, kata-katanya penuh cahaya, akhlaknya berkilau bak permata... Subhanallah, walhamdulillah...

          Menjelang Maghrib, kami pamit... tidak tega juga melihat beliau yang tampaknya sedang begitu letih, masih harus menerima tamu tak penting seperti kami. Lalu, kami meminta berfoto bersama untuk kenang-kenangan.

          Bersama Teh Ninih yang luar biasa! (editted by hauri)


          Adzan Maghrib berkumandang, shalat berjama'ah di masjid Daarut Tauhid memberi kesan tersendiri buat saya. Bacaan sang imam yang mengalun syahdu, begitu menyentuh ke relung hati terdalam. Subhanallah walhamdulillah...

          Daarut Tauhid Menyongsong Senja


          Ba'da Maghrib, kami meninggalkan DT, lalu kembali menyusuri jalanan Bandung. Dan kali ini, saya yang bawa motor karena terlihat sekali Teh Desi sudah sedemikian letihnya. Alhamdulillah beliau berkenan saya bonceng. ^_^

          Setelah berkeliling mencari jasa travel, alhamdulillah... memang Allah telah mengatur semuanya, di detik-detik terakhir kebingungan mencari travel yang kosong, ada pertolongan Allah. Padahal saya sudah nyaris mengambil opsi terakhir, yakni kembali ke Jakarta besok paginya dengan konsekuensi telat ke kantor. Subhanallah, ada seorang supir yang rumahnya satu arah dengan tujuan saya, jadi bisa mengantar. Alhamdulillah akhirnya... *pfuiiih*

          Di tengah perjalanan, mobil mendadak berhenti. Ternyata sang sopir mendapat kabar bahwa terjadi kecelakaan travel yang satunya, menabrak bis dan sebuah mobil karena tak mampu mengendalikan kecepatan. Masya Allah... Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Ada gejolak kesyukuran yang menyelusup ke relung hati, alhamdulillah... Allah masih menjaga dan melindungi saya. Karena semua bisa saja terjadi, jika Allah telah berkehendak.

          Pukul 22.30 pm (kurang lebih)
          Alhamdulillah akhirnya tiba di kos, disambut dengan senyum seorang saudara yang tengah menonton TV, lalu ia menegur dengan halus, "Dari mana Mbak? Wah... kayaknya Work Hard - Play Hard nich!" :D Saya hanya bisa menjawab pertanyaannya dengan tawa, seraya berlalu menuju tempat rehat.

          ***

          Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan dahsyatnya perjalanan saya hari itu. Banyak sekali hikmah, pelajaran, ilmu-ilmu berserakan yang bisa saya ambil dan saya tangkap dengan leluasa. Begitu banyak pula... kesan yang tak terucapkan, bisa bersilaturrahim, bertemu dengan saudara seiman, dan sosok-sosok luar biasa. It's too awesome! Special for Teh Desi, thanks so much for everything. It's all impossible without your help. Jazakumullah khairal jazza'... semoga ukhuwah kita menembus syurga, amiiin.

          Syukurku padaMu Ya Rabb... atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan, atas semua pertolongan yang Engkau curahkan. Segala puji bagi Mu, Tuhan semesta alam...

          *Fabiayyi alaa irobbi kumaa tukadzzibaan*

          Wednesday, April 07, 2010

          Amprokan Blogger 2010 (Bag 4) : Sobat Blogger

          Jujur saja, acara Amprokan Blogger ini memang sudah lama saya nanti-nanti. Sungguh menakjubkan rasanya, bertemu dan bersilaturrahim dengan para sobat blogger yang selama ini hanya saya ketahui lewat dunia maya(t) :D Jauh-jauh sebelum hari "H" saya mengecek update daftar peserta secara rutin, siapa saja kira-kira blogger yang saya kenal. Semakin dekat dengan hari "H", saya semakin excited, ternyata banyak juga blogger dan plurker kawakan yang bakal hadir! *wuiiiih*

          ***

          Dalam rangkaian kegiatan Amprokan Blogger tempo hari, selain teman-teman yang sudah saya kenal, saya pun mendapatkan sahabat banyak sahabat baru. Yeah, walaupun memang ada beberapa sobat blogger lainnya yang ternyata tidak jadi hadir karena berhalangan. Berikut sobat blogger yang sempat saya temui di Amprokan Blogger. Maaf jika ada yang tidak tercantum di sini, tak berarti kalian bukan sahabat saya, tapi memory otak saya memang terbatas. :D

          So, they are...

          1) Addiehf

          Sepanjang saya bisa mengingat, saya mengenal sobat blogger yang satu ini lewat komentarnya di salah satu postingan saya. Dia berkomentar dengan puisinya yang cukup panjang :D Hmm... puitis juga. Dan, pertemuan saya dengan sobat yang satu ini cukup unik. Sewaktu saya hendak mengisi buku tamu di TPA Sumur Batu, sekilas saya membaca alamat blog seseorang yang baru saja menuliskan namanya di sana. Dan sontak saya tersadar! (woot) Dan langsung menegur beliau ini yang sedang beranjak pergi, "Addiehf ya?!!!" Hahaha... Tak menyangka, oh ini toh si Addiehf Katakataku :D Ternyata walau terlihat 'cool', orangnya narsis juga. :P Hope we'll meet again, bro! ;)


          2) Ajeng

          Subhanallah... bisa ketemu dengan Mbak Ajeng! Walau ga sempat ngobrol banyak dengan beliau (karena beliau ini memang panitia yang super sibuk), alhamdulillah saya sempat mengabadikan kebersamaan itu dengan berfoto ria... ^_^ Ah, silaturrahim memang indah... Hope will see you again Mbak! (cozy)






          3) Aksa

          Saya kenal sobat yang satu ini via Plurk. Seorang mahasiswa asal Sulawesi Tenggara yang sering memamerkan Okkots-nya bersama Okkots-er kawakan asal Makassar :D Nice to meet you brother! ;)








          4) Alimah

          Blogger yang satu ini cukup mengejutkan saya dengan kemampuannya berbahasa Inggris sewaktu di President University. Selain itu, kepercayaan diri, semangat dan jiwa sastranya juga menginspirasi saya. Nice to meet you Sist! ;) Hope will meet you again later... ^_^







          5) Andy MSE

          Awalnya saya hanya tahu beliau ini sebagai penguasa KeCaKot, linuxer, dan penulis yang unik. Tapi, setelah bertemu di Amprokan, ternyata sobat blogger yang satu ini juga penebar hawa tawa! (lmao) Seorang blogger nasional yang unik, nyentrik, dan menginspirasi. Hmm... mungkin dari sekian ribu kelahiran, hanya ada satu yang seperti beliau ini. :P The unique blogger! 'Matur nuwun sanget Pak, sudah membantu melepaskan energi-energi negatif dengan pencerahan penuh canda tawa.' ^_^




          6) Dafhy

          Blogger satu ini juga tak kalah unik. Walaupun perawakannya yang agak mungil dibandingkan blogger-blogger yang lain, tapi kepercayaan dirinya luar biasa. Saya tak menyangka beliau ini adalah seorang guru sekaligus mahasiswa. Hmm.... nice, nice... Semoga dapat mencerahkan masa depan anak bangsa! (rock) BTW, makasih ya Dafh, dah mau jadi fotografer dadakan waktu itu! *beberapa foto Amprokan Blogger di kamera saya adalah hasil jepretan beliau* :D (worship).




          7) Doni (Ramadoni)

          Sebelumnya, saya sudah pernah bertemu dengan sobat blogger satu ini dalam sebuah Nobar. Sempat juga sharing masalah keruwetan sistem dan manajemen di dunia kesehatan. (secara basic kita sama-sama Perawat, tapi kalo saya sudah jadi mantan :D) Sobat blogger yang satu ini adalah seorang pengusaha muda yang kreatif dan penuh semangat. Silakan bagi para sobat blogger yang tertarik mengunjungi lapak beliau disini. Saya sendiri sudah dua kali tergoda untuk menjadi customernya , hehehe. :D Dalam kegiatan Amprokan Blogger, saya salut juga karena beliau ini merangkap jabatan peserta sekaligus panitia. (applause) Tapi, kerja keras itu tak sia-sia karena berbuah doorprize berupa umbrella, yang akhirnya dihibahkan entah pada siapa... (haha)

          8) Endar

          Alhamdulillah saya juga bisa bersilaturrahim dengan blogger sederhana yang satu ini. Blogger asal Purwokerto ini cukup pendiam, tapi murah senyum. ^_^ Hope will see you again, brother! (worship)







          9) Estiko

          Seorang blogger Banyumas yang ternyata basicnya juga kesehatan (beliau ini calon Perawat lho!), kami sempat sharing juga tentang dunia kesehatan. Dan saya salut... akan cita-citanya untuk berbakti kepada masyarakat pedesaan. Mantabs...! (applause) Oh iya, satu hal yang membuat saya cukup terhibur adalah suara dan logat Jawanya yang khas! :D (haha)





          10) Ethie

          Entah kenapa, sejak pertama kali kopdar dengan sobat yang satu ini, serasa bertemu teman lama. Klop! Tertawa bersama, berdiskusi bersama, berbagi banyak hal... Sobat blogger yang satu ini ternyata kawakan di dunia jurnalistik. Selain itu, beliau juga punya jiwa wirausaha yang tinggi, walaupun untuk saat ini masih menyaman-nyamankan diri sebagai seorang karyawan. :D Blogger asal Brebes ini juga pernah lama menjalani karir sebagai seorang wartawan, jadi kalau sedang berbincang-bincang, hati-hati dengan pertanyaan jebakannya. (haha) *peace*


          11) Fajarembun

          Saya pertama kali kenal sobat blogger yang satu ini dari Plurk. Ternyata beliau ini nasyider hebat... (applause) Coba pas Amprokan kemarin tampil yak! :D Selain itu, sobat yang satu ini begitu terkenal dengan Donat KDBnya (Ketika Donat Bertasbih). Dan ternyata, bukan cuma Donat, tapi juga Risoles! Ketika Risoles Bertasbih alias KRB! (woot) Mantabs... So, bagi para sobat blogger yang suka camilan, silakan hubungi beliau untuk pemesanan dan info lebih lanjut. (lho! Kok jadi promosi?! :P) Nice to meet you, brother. (worship)



          12) Gajah Pesing

          Saya mulai kenal dengan sobat blogger yang satu ini via Posterous, lalu merambah ke blog dan plurk. Saya awalnya terheran-heran, 'Kenapa sih namanya Gajah Pesing?' Hahaha. Dan saya pun bertemu sobat yang satu ini di Amprokan secara tidak sengaja. Saat ngantri bersalaman pada para penyambut tamu yang berbaris panjang di UKM Boneka, tiba-tiba sobat yang satu ini menegur saya setelah memperhatikan name tag yang saya pakai, "Cici Silent ya?" Haha... dan saya juga sempat kaget dan tidak menyangka bisa bertemu seorang Gajah Pesing. :D Nice to meet you, brother. (worship)


          13) Ganang Prakoso

          Saya dipertemukan dengan sobat blogger yang satu ini via Wongkito, komunitas blogger Palembang. Setelah tahu bahwa beliau ini juga akan berangkat ke Amprokan dan mewakili Wongkito, akhirnya kita banyak sharing dan melepas kerinduan memakai bahasa daerah. :D Walau baru pertama kali kopdar, sobat yang satu ini cukup asyik dalam berbagi banyak hal. Kapan2 kito kopdar lagi yo Gan! ^_^





          14) Hadyan

          Saya sebenarnya belum begitu kenal dengan blogger satu ini. Tapi, saya sering melihat beliau berseliweran di Plurk. :D Sebenarnya nickname-nya unik juga, "mataharimalam". Kok malam bisa ada mataharinya? (haha) Tapi, satu hal yang saya tangkap, bahwa sepertinya plurker yang satu ini begitu terinspirasi dengan semangat matahari yang terus membara tak kenal henti. Bukan begitu? ^_^ Nice to meet you, brother.





          15) Iman

          Saya pertama kali bertemu beliau saat Nobar Sang Pemimpi Desember lalu. Plurker yang kerap dipanggil Opa ini, selain berbakat menjadi sketcher handal (terbukti dengan karikaturnya yang cukup kreatif), ternyata juga seorang aktivis di salah satu komunitas pemerhati Sinema Indonesia, MataSinema. Keep struggling, brother! (rock)






          16) Luxsman

          Pertemuan saya dengan sobat blogger kocak yang satu ini lucu juga. Saat mengantri bersalaman dengan para penyambut tamu di UKM Boneka, tingkah lucunya membuat saya terkekeh :D Dengan aura srimulatnya, ia berlagak seolah menjadi penyambut tamu juga, hahaha... (lmao) Belakangan, setelah ngobrol barulah saya tahu, ternyata beliau ini si luxsman yang di Plurk itu toh! Walah... ketemu juga ternyata di Amprokan, hehehe. Saat pembagian doorprize, ada tragedi payung yang membuat beliau dijuluki "Umbrella Boy" oleh Bapak Blogger yang satu ini. Dan sepertinya beliau senang sekali diberi gelar seperti itu, terbukti dengan asyiknya beliau menenteng payung itu kemana-mana, hahaha... (rofl)

          17) Novi Cuk Lanang

          Saya pernah tahu sobat blogger satu ini lewat salah satu postingan di Pojok sana. Beliau sepertinya memang sering mengadakan pelatihan blog untuk para santri/santriwati di ponpes Al Hikmah. 'Salut!' Alhamdulillah bisa bersilaturrahim di Amprokan Blogger. Nice to meet you, brother! ;)







          18) Saif

          Sobat blogger yang satu ini adalah salah satu sahabat yang sering membantu saya dalam mencari info-info lowongan kerja sewaktu baru merantau di Jakarta. Ya... cukup membantu walaupun pada akhirnya setelah letih mengumbar CV, saya memutuskan untuk tetap numpang mencari sesuap nasi di sini. Dan, ternyata beliau ini juga ikut Amprokan dan akhirnya kita bisa kopdar. Nice to meet you, brother! ;)





          19) Yanthi

          Senang sekali bisa bertemu dengan Mbak Yanthi, berdiskusi dan berbagi banyak hal tentang hidup, tertawa bersama... Ah, pokoknya asyik deh! Belum lama kopdar di Amprokan, ternyata saya dipertemukan kembali dengan beliau di IBF. Jalan bareng, ketawa bareng, ngeplurk bareng, hahaha :D Pokoknya sahabat yang unik dan asyik deh! Kapan kita jalan bareng lagi Mbak? Hope will meet you soon... (cozy)




          Semoga bisa bertemu lagi dengan kalian para sobat blogger! ;) Thanks for togetherness! ^_~

          ***

          NB : Sengaja saya urutkan berdasarkan Abjad, agar tidak ada kecemburuan sosial, hehe. Untuk para sobat blogger yang namanya belum tercantum, seperti yang sudah saya paparkan di atas, maafkan saya... memory saya memang terbatas. :D (worship)