Wednesday, November 23, 2016

Memaknai #USIACANTIK Ala Yuli Sundari

Ada berbagai kisah perempuan-perempuan cantik dan inspiratif dari seluruh dunia. Kisah itu membuat kita terinspirasi, atau bahkan menjadikan kita termotivasi untuk berubah. Kisah itu pula kerap kita jadikan pembelajaran sehingga kita mampu menyelami sebuah perjalanan hidup yang semakin bermakna.

Kali ini saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang salah seorang perempuan yang cukup menginspirasi saya. Tidak perlu nun jauh di negeri sana, namun orang-orang di sekitar kita juga layak menjadi sosok inspiratif itu.

Namanya Yuli Sundari. Ia adalah seorang pengusaha di bidang kecantikan. Usaha ini ia bangun sejak 11 tahun yang lalu. Dulu, Ibu Yuli adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan asuransi di Jakarta. Ia meniti karir dari bawah, yakni menjadi seorang resepsionis. Semangat belajarnya yang tak kenal henti, juga kemauannya yang tinggi untuk berkembang dalam pekerjaan lama-kelamaan membuatnya "naik kelas" menjadi seorang Sekretaris.

Yuli Sundari
Yuli Sundari

Di tengah karir yang memuncak, ia justru kembali merenungi hidup. Ia berpikir apakah ada jalan untuknya bekerja dari rumah, sambil mengurus anak-anak, sambil mengurus rumah, semuanya bisa berjalan beriringan tanpa harus ada yang dikorbankan. Lalu pada suatu titik, ia pun mengambil keputusan itu. Setelah melahirkan anak kedua, ia resign dan banting stir untuk memulai usaha.

Perempuan yang sempat bercita-cita jadi Pramugari ini bercerita, ia merintis usahanya dari hobi. Ia memang suka merawat diri dan menyukai berbagai hal yang berhubungan dengan kecantikan. Awalnya ia hanya ikut seorang teman yang melakukan "facial" dari rumah ke rumah. Yang pada saat itu, treatment "facial" ini belum menjadi trend seperti sekarang sehingga jalan yang ia lalui tidaklah mudah. Ia pun sempat di-underestimate oleh orang-orang di sekitarnya.

Namun, sebuah usaha yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dirawat dan dibesarkan secara bertahap, jatuh bangun, jatuh lagi dan bangun lagi, pada akhirnya membuahkan hasil yang sepadan. Alhamdulillah tempat usaha yang tadinya berada di gang sempit, kini berubah menjadi sebuah bangunan yang cukup luas sehingga mampu memfasilitasi ratusan pelanggannya. Promosi yang tadinya hanya berbekal brosur, kini telah merambah ke dunia jagat online. Dan usahanya kini telah sukses memiliki cabang di Jabodetabek.

Ibu Yuli & aktivitas usahanya

Ibu Yuli adalah juga seorang single fighter bagi ketiga anak-anaknya. Setiap hari ia bekerja dari rumah sehingga perannya sebagai seorang ibu tetap bisa beriringan dengan bisnis yang dijalaninya. Ia merasa hidupnya sempurna dengan melihat anak-anaknya bertumbuh dan berkembang sesuai yang ia harapkan. Alhamdulillah, hasil didikan dari tangan sendiri, menjadikan anak-anaknya berprestasi.

(Via, Vara, & Vio)

Saat saya temui di rumahnya di area Condet, Jakarta Timur, ia bercerita pada saya bahwa apa yang telah ia lakukan dan ia capai hingga saat ini mampu membentuk sebuah kedewasaan, semangat yang tak kenal lelah, sehingga kini ia menjadi wanita yang lebih sempurna. Walaupun usianya saat ini telah menginjak 42 tahun, ia merasa di usia saat inilah kehidupannya semakin cantik dan indah. 

Saya sempat bertanya padanya soal makna #usiacantik. Baginya, #usiacantik adalah usia dimana kecantikan luar dan dalam seimbang. Kecantikan kita tidak akan terpancar maksimal, jika tidak diikuti dengan inner beauty, yang terbentuk dari pola pikir, tingkah laku, serta pengendalian diri yang baik. 
"#UsiaCantik adalah usia dimana kecantikan luar dan dalam seimbang."
Video Profile #UsiaCantik Yuli Sundari


Namun, Ibu Yuli juga menyadari di usia cantik yakni 35-45 tahun, tanda-tanda penuaan dini mulai muncul. Kerutan di wajah pun mulai tampak. 

Nah, ternyata ada salah satu jenis tanaman Indonesia yang terkenal bisa menyembuhkan luka secara efektif, namanya Centella Asiatica. Tanaman inilah yang digunakan oleh L'Oreal sebagai bahan pembuat rangkaian produk Revitalift Dermalift, sehingga mampu bekerja di lapisan terdalam di delapan titik kulit wajah. L'Oreal Paris Revitalift Dermalift ini mampu menjadikan kulit tampak muda dan kencang sehingga kulit wajah kita menjadi lebih baik di usia cantik.

Source : http://beautifulwomanandhealthy.blogspot.com


L'Oreal Paris Revitalift Dermalift



Walaupun saya belum sampai di usia cantik (35-45 tahun), saya jadi tersentil untuk merawat kulit wajah saya yang mulai berubah. Bagaimana pun, merawat diri adalah juga salah satu bentuk rasa syukur kita pada Tuhan yang telah menitipkan bentuk wajah yang sempurna kepada setiap wanita.

Di akhir tulisan ini, saya ingin mempersembahkan animasi sederhana yang mudah-mudahan dapat menyempurnakan isi tulisan saya kali ini. Salam usia cantik! ;)

 

“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network 
dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

Tuesday, November 22, 2016

A Little Story of Having A Child

Sudah begitu lama saya ingin bercerita tentang ini. Tapi, kesibukan dan aktivitas yang tiada henti setiap harinya membuat saya seolah tak berdaya. #lebay :D

Beberapa waktu lalu saya membaca salah satu postingan di blog seorang teman. Dari situlah saya termotivasi untuk ikut berbagi pikiran, perasaan, dan pengalaman tentang hal serupa.

Well, soal yang satu ini memang rada sensitif, atau mungkin bisa jadi bagi beberapa orang justru menjadi hal yang sangat sensitif. Saya pernah mengalaminya. Sebuah perasaan yang sepi, yang seolah seisi dunia ini mengutuk, kenapa saya tak kunjung diberi amanah itu. Yup, ini adalah tentang menyelami perasaan wanita, juga tentang persepsi kita terhadap "Having A Child".

Pemahaman kebanyakan orang pada umumnya, setelah menikah sang istri langsung bisa hamil beberapa bulan kemudian. Normalnya begitu dalam pandangan masyarakat kita. Padahal, sebuah penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan untuk bisa hamil di tahun pertama menikah adalah dibawah 90%.

Kembali ke cerita saya sendiri. Di tahun pertama, terutama karena setelah lewat 3 bulan lebih menikah saya belum hamil juga, terus terang saya agak menutup diri. Malu dan bingung jika ditanya, "Udah isi belum?" Pasti yang pernah mendapat pertanyaan ini, tahu betul rasanya gimana. Ugh, kayak mau ngilang aja dari muka bumi.

Lewat setahun menikah, saya berpikir, mungkin Allah belum memberi amanah seorang anak pada kami karena memang kami belum layak untuk menjadi orangtua. Mungkin kami belum memperdalam ilmu tentang cara mendidik anak. Mungkin kami belum siap secara finansial. Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Semua kemungkinan itu bermuara pada satu hal, yakni "Allah belum berkehendak".

Lalu kami sampai pada satu titik, dimana kami telah memasrahkan segalanya pada Yang Maha Kuasa, tidak lagi memikirkan program setiap bulannya, tidak lagi mempedulikan masa subur atau tidak subur, tidak lagi mempedulikan perkataan atau pertanyaan orang lain, tidak lagi menjadikan hal ini sebagai beban, dan seterusnya. Let it flow aja. Alhamdulillah rasanya hidup ini lebih ringan.

Dalam do'a, saya bertafakur pada Allah, "Ya Allah, mungkin hamba belum layak diberi amanah karena memang kami belum pantas dititipi amanah itu. Ya Allah...bantu kami memantaskan diri untuk menjadi orangtua".

Beberapa bulan kemudian, alhamdulillah saya tidak lagi merasa stress dan saya bisa kembali pada aktivitas dan hobi saya dulu. And then, voila! Bulan depannya, atas izin Allah, saya hamil.

Setelah memiliki anak (alhamdulillah sekarang diamanahi dua putri), saya semakin paham kenapa saya tidak langsung cepat-cepat dikasih hamil sama Allah. Bahwa ada hal-hal yang baru kita ketahui dan kita pahami setelah cobaan dan ujian itu telah terlewati. Hikmahnya, saya bisa "pacaran" dulu sama suami. Well, setelah punya anak pasti sulit menemukan moment hangout berdua lagi. :D

Saya punya beberapa pesan buat yang belum dikasih amanah ini sama Allah; Pertama, sabar, Mungkin Allah mau menguji seberapa kuat kita bersabar, untuk membuktikan keimanan kita padaNya. Kedua, tetap ikhtiar. Jaga pikiran, jaga makan, jaga kondisi hati. Karena kondisi hati sangat mempengaruhi kerja semua organ tubuh kita. Ketiga, memantaskan diri. Bekali diri dengan ilmu-ilmu parenting, seputar pengasuhan anak. Analoginya begini, ketika kita ingin menitipkan sesuatu pada seseorang, tentu kita lihat dulu siapa yang kita titipi itu bukan? Dia amanah atau tidak, sejauh apa pemahamannya tentang apa yang kita titipkan, dan seterusnya. Keempat, meminta do'a orangtua dan orang-orang shalih. Kelima, tawakkal. Memasrahkan segala sesuatunya pada Allah. Kelak pada suatu titik, Allah akan wujudkan do'a kita. InsyaAllah...

Source : http://dfsinrichmondsouth.ca/life-events/



Sunday, September 18, 2016

Kenangan

Angin malam mengajakku
Berpetualang menembus waktu
Jejak demi jejak itu
Berpendar dalam ingatku
Ada suatu masa
Yang ku ingin rengkuh
Namun kaki seolah lumpuh
Pada jarak tak tertempuh
Lalu suatu hari
Pada waktu yang terhenti
Aku hanya ingin berlari
Dulu kini tak hirau lagi

Tuesday, December 22, 2015

Puisi di Hari Ibu

Tataplah wajahnya
Kan kau temui senyuman
Senyum itu terkembang manis untukmu
Senyum yang 'kan selalu ada untukmu
Walau hatinya sedang sendu

Tampakkah olehmu?
Sepasang mata yang senantiasa mengikuti
Kemanakah engkau t'lah berlari
Sepasang mata yang senantiasa mengawasi
Apakah t'lah habis sepiring nasi

Mungkin saat ini,
Ia telah melemah sebab usia
Mulai sulit tidur karena insomnia
Sepiring nasi pun ia lupa

Oh hati, temuilah ia...
Dalam indahnya tutur kata
Dalam santunnya bakti kita
Semoga do'a dan ridhonya
Membelai kita hingga ke syurga

Saturday, December 19, 2015

Tahukah Engkau

Tahukah engkau tentang rasa sakit?
Ia bukanlah sekadar penguji
Bukan pula pemutus nikmat
Tapi ia penggugur dosa-dosa

Tahukah engkau apa itu sepi?
Saat tak ada yang membersamai
Itulah saat Tuhan mencemburui
Menanti hambaNya menghiba kasih
Dalam do'a-do'a khusyu'mu
Dalam sujud-sujud panjangmu

Pernahkah kau dengar kisah langit?
Saat hujan dan awan begitu kelabu
Tunggulah, sabarlah
Langit akan cerah
Pelangi akan merekah

Saturday, February 21, 2015

Menyapih Syifana dengan Cinta

Terinspirasi dari tulisan Mak Armita Fibriyanti di blognya, saya jadi kepingin berbagi juga tentang cerita suka duka menyapih Syifana kemarin. Well, terlepas dari fakta bahwa telah sekian lamanya saya hiatus :p dan tidak ada konferensi pers penjelasan or cerita mengapa dan kok bisa, lebih baik saya lanjutkan menulis mumpung mood saya sedang baik dan little princess Syifana sedang bobo siang.:D

Nah, sejak saya diketahui positif hamil yang kedua, banyak pihak yang menyarankan untuk segera menyapih Syifana. Saat itu usia Syifana tepat 18 bulan dan saya berusaha untuk kekeuh tetap terus memberikan ASI sampai ia berusia 2 tahun. Di usia kehamilan 9 minggu, walaupun sempat mengalami flek ringan, alhamdulillah ASI tetap saya berikan karena menurut seorang sahabat yang ahli medis, menyusui tidak akan membahayakan kehamilan.
Syifana in hijab style ;)
Kembali lagi soal menyapih. Sebenarnya sejak ia berusia 18 bulan, Syifana sudah jarang menyusu. Ia hanya menyusu di saat mau bobo siang dan di malam hari menjelang tidur. Setelah membaca soal WWL (Weaning with Love) dan juga hasil sharing dengan beberapa orang teman, akhirnya saya memulai strategi berikut ini.
  1. Berikan ia asupan makanan dan camilan yang cukup. Dengan begitu, perutnya tidak akan terusik sehingga lupa menyusu. 
  2. Jangan tawarkan untuk menyusu kecuali dia yang minta. Ini agar ia sedikit demi sedikit lupa akan menyusu.
  3. Berikan sugesti alam bawah sadar sesaat sebelum dia tidur atau terlelap. Misalnya, "Syifana nanti pas ulang tahun yang kedua, udahan ya Nen nya. Kan mau punya adek. Syifana pinter kan... bla bla bla". Sounding sesering mungkin agar lengket di alam bawah sadarnya. 
  4. Satu bulan sebelum hari ulang tahunnya, usahakan sebisa mungkin saat bobo siang tidak menyusuinya. Tapi jika ia rewel dan ngamuk minta menyusu, berikan. 
  5. H-7 soundingnya makin intens. Dan persiapkan mental agar tahan menghadapi responnya nanti saat disapih pertama kali. 
Dan hari H pun tiba. Saya sudah menyiapkan diri untuk berbagai respon "ngamuk" Syifana. Saya membayangkan akan menggendong ia sampai tertidur, tapi ternyata tidak. Kenyataannya, ia memang sempat menangis rewel dan memohon-mohon serta berusaha membuka baju saya untuk meminta haknya. Tapi ia tidak mau saya gendong, ia hanya ingin dipeluk dan mengelus-elus siku lengan saya. Mungkin dengan begitu ia merasa nyaman. Alhamdulillah, sekitar 15 menit kemudian ia tertidur. Saya pikir sounding yang selama ini saya lakukan berhasil. It works!

Hari-hari berikutnya juga tidak mudah. Kadang muncul perasaan nggak tega. Tapi saya membatin, `Bukankah ini adalah langkah agar ia mulai belajar kemandirian? Nggak mungkin kan selamanya anak kita lengket terus sama kita?`Alhamdulillah lama kelamaan Syifana mulai terbiasa dan mencari rasa nyamannya sendiri. Jika sebelumnya dia nyaman dengan menyusu, maka ia bisa tergantikan dengan hal lain sesuai dengan keinginan anak kita.

Saat ini setelah sebulan lebih saya berhasil menyapihnya, Syifana masih mencari-cari rasa nyamannya itu. Kalau dulu di awal menyapih ia minta saya peluk dan ia mengelus-elus lengan saya, kini ia malah nggak mau sama sekali. Kalau ia mulai mengantuk dan saya ajak ke kamar, ia mulai gelisah dan mencari alasan agar saya tidak mengajaknya tidur. Akhirnya yang saya lakukan adalah, mematikan lampu, mematikan TV, mengurangi aktivitas fisik, lalu saya biarkan saja ia mengantuk dan tertidur sendiri sesuai dengan nyamannya dia.

Belum sesuai dengan yang saya harapkan sih. Maunya saya, dia mau manut saya bacakan dongeng, cerita, atau aktivitas berdoa bareng sebelum tidur seperti yang ada di teori dan buku-buku. Tapi ya namanya juga anak-anak, mereka punya cara yang berbeda-beda. Kalau Syifana sedang saya bacakan do'a sebelum tidur, ia akan teriak dan protes menyuruh bundanya berhenti. Tapi kadang-kadang ia berdo'a sendiri (tentunya versi Syifana), ia mengangkat tangan "pssss... spbssss.... aamiiin....." :D Kadang ia ngoceh sendiri berhitung, "Wa, cu, ti, fo, fai, sis, segeh, eit, nai, ten! Yeeeeay!" :))

Yang pasti saya bersyukur, alhamdulillah saya bisa menyapihnya dengan cinta. Walaupun sempat stress menghadapi rengekannya dan menunggunya bermain lamaaaaa sekali sampai ia mau tertidur. Alhamdulillah saya tidak menuruti saran-saran seperti, getah brotowali, lipstik, obat merah, ataupun mengungsikan anak. Semoga cerita ini bermanfaat buat Mama or Bunda yang sedang dan akan menyapih anaknya. :)

Tuesday, July 01, 2014

Atas Nama Kesalahan

Memang tidak mudah, menyikapi kesalahan seseorang dengan cara yang benar. Yang ada hanyalah rasa ingin menghujaninya dengan kata-kata makian, menghujaninya dengan penghakiman. Merasa benar sendiri. Harusnya begini, harusnya begitu. Tanpa mau tahu, ada apa dibalik semua. Apa alasan sebenarnya. Bagaimana kondisi yang terjadi.

Memang sungguh mudah, meluncurkan sang lidah. Senjata yang paling tajam di dunia, yang telah terkenal kehebatannya itu. Namun berpikirkah, luka yang diakibatkannya. Lama menganga. Tak secepat mengucap kata penawar yang ringan; maaf.

Alibi yang paling diandalkan untuk mengghibah biasanya "curhat". Agar hati lega. Tapi tahukah? Malaikat selalu mencatat.

Pernahkah berpikir, apa yang paling kita inginkan, saat kita melakukan kesalahan? Dimaklumi bukan?

Bahwa setiap orang punya sisi lemah, sisi gelap, karena memang manusia diciptakan dengan kecenderungan fifty-fifty antara kebaikan dan keburukan.

Bahwa kita semua diciptakan jamak, agar berdekatan. Saling mengingatkan, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Alfa, lupa, lalai, kadang terlena. Itu semua manusiawi.

Maka terlepas besar atau kecil sebuah kesalahan yang dilakukan seseorang, sikapilah secara manusiawi, layaknya kita yang senantiasa memohon ampunan padaNya, atas dosa-dosa berulang yang tak terhitung angkanya.

Sunday, April 06, 2014

Yuk! Temukan Pasien TB


Tidak semua orang yang tahu, bahwa penyakit TBC yang saat ini lebih populer disebut TB, masih merebak dan berkembang biak seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Iklim dan musim di Indonesia yang relatif lembab, menjadikan bakteri Tuberculosis (TB) yang bersifat tahan asam ini sangat mudah membangun koloni-koloni. Gaya dan pola hidup masyarakat kurang peduli terhadap kesehatan, ditambah dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB secara benar membuat mayoritas masyarakat beranggapan bahwa penyakit TB ini adalah penyakit yang memalukan.

Hal itu membuat seringkali pasien TB tidak menghiraukan gejala-gejala awal sehingga terlambat dideteksi hingga menyebabkan kematian. Selain itu, lambatnya deteksi penyakit TB ini, juga membuat sang pasien berpotensi tinggi menularkan pada lingkungan sekitarnya.

Berikut tips "Temukan Pasien TB" versi saya sebagai mantan perawat :)

Kenali Gejalanya
Cermati tanda-tanda fisik di bawah ini:
  • Batuk berdahak (kadang tidak berdahak) lebih dari 2 minggu; batuk lebih intens saat di pagi dan malam hari.
  • Nafsu makan menurun
  • Sering merasa lesu
  • Berkeringat banyak di malam hari walau cuaca tidak panas dan sedang tidak beraktivitas
  • Berat badan menurun drastis
  • Batuk berdarah (hemaptoe), ini terjadi jika penyakit TB sudah menjangkit parah dalam paru-paru
Nah, dengan mengetahui gejala umum penyakit TB, kita dapat mengidentifikasi orang-orang di sekitar kita, apakah mereka berpotensi memiliki gejala TB atau tidak.

(Sumber : http://carapedia.com)

Deteksi Lebih Awal
Jika lebih cepat terdeteksi, cepat berobat, maka juga akan menghindari penularan secara langsung pada orang-orang di sekitar. Tidak usah malu untuk periksa dahak (cek BTA) atau pun Rontgen, deteksi dini justru membuat proses pengobatan menjadi lebih mudah.

Komunikasikan Secara Personal
Kita adalah makhluk sosial. Tentu kita akan merasa berempati jika ada keluarga, teman, kerabat, atau tetangga yang menderita suatu penyakit. Maka sarankan mereka untuk memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan. Jelaskan pula bahwa pengobatan OAT sangat mudah, gratis, dan pasti sembuh jika diminum sesuai aturan.

Jika telah melakukan komunikasi secara personal dan penuh empati, saya yakin bahwa si penderita akan luluh hatinya untuk mengikuti saran ini. Selain itu, beri informasi bahwa penyakit TB bukanlah wabah yang memalukan. Bahwa setiap orang berpotensi untuk tertular, tidak mengenal strata hidup dan tingkat ekonomi.

Well, dengan begitu, insya Allah kita sebagai masyarakat dapat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pemberantasan penyakit TB di Indonesia. Amiin.

(Sumber : http://bloglog.com)


Wednesday, March 26, 2014

5 Hal yang Dikangenin Sejak Jadi Ibu Baru

Ada banyak rasa yang muncul ketika saya mengingat `rumah` ini. Sebuah tempat dimana saya bisa berbagi banyak hal. Tempat dimana saya bisa mengenal banyak orang, menjalin persahabatan di dunia maya. Semua dimulai dari sini. Maka saat saya melongok untuk ke sekian kalinya, merenungkan betapa menyedihkan kondisinya saat ini; suram, berdebu, sepi.

Waktu tentu tak pernah salah. Kita lah yang salah dalam cara memperlakukannya. Siang-malam. Pagi-petang. Hari-hari berlalu. Hingga tibalah saya disini; waktu luang dengan mood yang lapang.

Well, sebenarnya untuk warming up, saya ingin menulis yang ringan-ringan saja. Maka dari itu, saya ingin berbagi tentang hal yang paling dekat dengan aktivitas keseharian saya saat ini sebagai seorang ibu.

Tentunya, membesarkan seorang anak bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kesabaran, keteguhan, serta ketangguhan. Sebagai seorang ibu baru (baru satu orang anak :D), saya ingin berbagi tentang hal-hal yang sudah tak bisa lagi saya lakukan sejak saya memiliki seorang bayi. Saya yakin ibu-ibu yang lain juga merasakan hal yang sama, bahwa ada beberapa hal yang kita rindu-rindukan atau kita kehilangan akan hal itu, sejak menjadi seorang ibu baru. Check it out! ;)


Main gitar

Gitar, dia adalah satu-satunya pelipur lara saat jadi anak kos dulu. Walaupun yang bisa saya mainkan hanya beberapa kunci mudah untuk lagu-lagu yang juga mudah, kangen rasanya bisa gitaran lagi. But it takes time. Mungkin beberapa orang berpikir bahwa saya bisa saja menyambar gitar lantas memainkan satu-dua lagu sementara anak saya tidur atau bermain. Tapi, bagi saya bercengkrama dengan gitar tak bisa sebentar. :D


Hunting Foto

Yeah! Bagi saya hunting foto adalah berarti 3 hal menyenangkan; petualangan, sudut pandang baru, dan menjadi vitamin bagi jiwa. Kebanyakan yang suka saya jepret adalah wajah langit (awan, matahari, bulan) dan manusia (dengan segala ekspresi dan aktivitasnya). Saat ini si Canon kesayangan saya lebih sering berada di lemari. Seringkali saya meyakinkan diri (lebih tepatnya menyabarkan diri) bahwa suatu saat nanti akan tiba kembali masanya untuk nge-date lagi sama si Canon. Pasti. ;)


Berlama-lama Saat Mandi


Saat penat melanda. Gerah. Suntuk. Ada satu hal yang bisa memberikan efek relaksasi menyegarkan, yakni mandi. Tapi, yang menyenangkan bagi wanita adalah saat berlama-lama. Nah, sejak punya bayi, saya lebih sering mandi kilat. :))


Nonton Bioskop Berdua Suami :p


Yup! Siapapun yang menjadi seorang ibu baru, pasti kangen hang out berduaan sama suami. Kalo saya, nonton di bioskop menjadi hal yang istimewa. Well, saya bersyukur, sebelum punya baby saya telah menghabiskan cukup banyak waktu buat nonton berdua suami. ^_^


Perawatan di Salon


Nah! Ini dia yang paliiing bikin saya mupeng. Menjadi salah satu pelanggan sebuah salon, bagi saya ibarat dilayani seperti putri raja. Yang paling saya kangenin adalah creambath di salah satu salon yang dulu sering saya sambangi. Paling nggak, nunggu Syifana lulus S3 ASI saat dia 2 tahun nanti. #sabaaar

***

Penasaran sama teman dan sahabat senasib sepenanggungan, saya bertanya pada mereka tentang 5 hal apa yang mereka rasa kehilangan sejak menjadi seorang ibu.






Ternyata jawabannya unik dan lucu-lucu :D Thanks buat teman-teman yang udah mau share di FB. ;)


Wednesday, August 28, 2013

Demimu



Demimu,
Aku masih mampu
Tetap dalam mimpiku
Berjalan di anganku

Demi senyum-tawamu,
Lemah kukuatkan
Terpuruk kubangkitkan
Tertunduk kutegarkan

Demi hidupmu,
Hidupku, hatiku, jiwa-ragaku
Untukmu